Jakarta, Kompas
Demikian diungkapkan Gubernur Japan Bank for International Cooperation (JBIC) Horishi Okuda dalam pertemuan dengan Wakil Presiden Boediono di Istana Wakil Presiden Jakarta, pekan lalu.
Dalam pertemuan selama 30 menit yang juga dihadiri Dubes Jepang untuk Indonesia Yoshinori Katori itu, Okuda menegaskan bahwa Jepang sejauh ini telah memanfaatkan panas bumi dan tenaga air sebagai pembangkit listrik.
”Apalagi, di Jepang kini ada gerakan untuk mengganti energi nuklir. Maka, kami giat mengembangkan panas bumi,” ujar Okuda, sebagaimana dikutip juru bicara Wapres, Yopie Hidayat. Jepang memberikan komitmen untuk membantu kerja sama bidang geotermal di sini.
Wapres Boediono, ujar Yopie, menyambut baik keinginan JBIC seraya mengatakan, pembangunan pembangkit listrik ramah lingkungan menjadi prioritas Pemerintah Indonesia.
Selama ini, Wapres menilai kerja sama dengan JBIC berlangsung baik dan berharap hal itu terus ditingkatkan.
Jepang ingin mengoptimalkan kerja sama dengan Indonesia dalam bidang panas bumi, yakni sebagai bagian dari upaya mencari tenaga pembangkit energi bagi Negeri Sakura tersebut.
Yopie menjelaskan, kemiripan alam Indonesia dan Jepang menjadikan kedua negara tersebut bisa memanfaatkan panas bumi dan tenaga air sebagai tenaga pembangkit energi.
Dari rencana Pemerintah Indonesia dalam pembangunan pembangkit listrik 10.000 megawatt (MW) tahap II, sebanyak 4.000 MW listrik ini direncanakan berasal dari panas bumi.
Pertamina akan andil membuat pembangkit listrik tenaga panas bumi yang akan memproduksi 1.932 MW.