Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mobilisasi Ilmu untuk Ekonomi Hijau

Kompas.com - 12/07/2012, 02:34 WIB

Bogor, Kompas - Pelestarian dan perlindungan lingkungan di benua Asia punya tantangan kompleks karena negara sekaligus harus menjaga pertumbuhan ekonomi yang sering berdampak merusak lingkungan. Mobilisasi ilmu diperlukan untuk mewujudkan ekonomi hijau.

Demikian ungkap Presiden Science Council of Asia yang juga Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Lukman Hakim pada Simposium Internasional Ke-12 Science Council of Asia di Bogor, Jawa Barat, 11-12 Juli 2012.

”Ilmu pengetahuan berperan penting menemukan solusi terbaik mewujudkan ekonomi hijau,” kata Lukman pada simposium bertema ”Mobilisasi Ilmu menuju Ekonomi Hijau” itu.

Sekitar 200 peserta dari sejumlah negara Asia menghadiri simposium. Ide dasar menuju ekonomi hijau ialah membangun dengan ekonomi rendah karbon.

Ekonomi hijau mencakup pula sumbangsih teknologi untuk menyediakan energi bersih dan ramah lingkungan, juga praktik pertanian berkelanjutan.

Salah seorang pembicara kunci, Emil Salim, mengatakan, pembangunan sebelumnya dikenal sebagai ekonomi coklat (brown economy) yang menghasilkan pencemaran air, udara, dan tanah. ”Semula menangani dampak yang ditimbulkan. Sekarang bergeser pada penanganan sumbernya supaya tidak menimbulkan pencemaran. Disebut juga upaya ekonomi hijau,” katanya.

Pembicara kunci lain, Mamoru Mohri, astronot pertama dari Jepang, mengatakan, kondisi bumi dalam tata surya sudah rapuh. Dibutuhkan upaya manusia mendukung kelestariannya.

Biarawan Buddha dari Butan, Lopon Sonam Bumdhen, yang juga pembicara kunci, mengungkapkan pentingnya menjaga keseimbangan lima elemen untuk menghindarkan diri dari kekacauan, yakni, air, tanah, api, udara, dan angkasa (space).

Sonam juga memaparkan pentingnya penerapan indeks kebahagiaan dalam pembangunan. Menurut Emil, ukuran kebahagiaan sangat penting demi keserasian hubungan ketuhanan, masyarakat, dan alam.

Komitmen

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com