KOMPAS.com - Selepas lulus SMP Perguruan Cikini, Jakarta, tahun 1980, perenang Lukman Niode meninggalkan Indonesia untuk melanjutkan studi ke Amerika Serikat. Ia langsung berjuang menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru, yakni keluarga AS di California, tempat tinggalnya selama menuntut ilmu di Cypress High School dan pendidikan tinggi di UCLA.
"Itu bagian dari program beasiswa KONI," kata Luki, panggilan akrabnya, yang menuntaskan S-1 arsitektur di UCLA dan S-2 planologi di Ervin UCE, California, Selasa (17/7/2012).
Kerja keras adalah kerja keras. Luki konsisten berlatih, tentu sembari belajar. Beruntung, ia tinggal bersama keluarga perenang sehingga sehari-hari terbiasa dengan latihan level tinggi.
Luki lalu menembus posisi ke-21 dunia nomor 100 meter gaya punggung, dengan catatan waktu 58,77 detik, di Olimpiade 1984. Catatan waktu yang juga rekor nasional itu baru dipecahkan Glenn Victor pada Desember 2010 dengan 58,70 detik.
"Waktu itu pemerintah memberi kail dalam bentuk beasiswa atlet, bukan bonus seperti sekarang. Karena itu, ketika era jaya atlet berakhir, kami masih punya 'bekal'," katanya. (ADP)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.