Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Kedelai Dimainkan Kartel?

Kompas.com - 27/07/2012, 12:57 WIB
Sandro Gatra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Kelangkaan kedelai yang mengakibatkan tingginya harga bahan baku pembuat tahu dan tempe itu diduga akibat permainan kartel. Solusi pembebasan bea masuk impor kedelai disebut akan menguntungkan kartel dan merugikan petani kedelai lokal.

"Dengan posisi bea masuk nol persen, yang diuntungkan adalah pelaku kartel. Saya meyakini bahwa yang namanya komoditas kedelai, mereka sudah siapkan sedemikian rupa bahwa akan terjadi peningkatan kebutuhan kedelai di bulan Ramadhan dan menjelang hari raya Idul Fitri. Di waktu yang relatif pendek itu, (mereka mencari cara) bagaimana meraih untung setinggi-tingginya," kata politisi Partai Golkar, Firman Soebagyo, saat jumpa pers di ruang Fraksi Partai Golkar di Gedung Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Jumat (27/7/2012).

Seperti diberitakan, pemerintah mengambil kebijakan memfasilitasi dan memberikan keleluasaan kepada koperasi serta perajin tahu dan tempe untuk melakukan impor langsung. Pemerintah juga menerapkan pembebasan bea masuk impor kedelai hingga akhir tahun ini. Kebijakan itu disebut untuk mengatasi kelangkaan dan kenaikan harga kedelai saat ini.

Firman menilai, solusi pemerintah itu layaknya pemadam kebakaran yang mencoba mengatasi masalah dengan cara instan. Padahal menurut Wakil Ketua Komisi IV DPR itu, situasi tersebut selalu terjadi setiap tahun. Nyatanya, pemerintah tak menyiapkap solusi untuk jangka panjang agar kelangkaan kedelai tak terus terjadi.

Seperti diketahui, produksi kedelai nasional tahun ini diperkirakan 900.000 ton. Namun, kebutuhan nasional saat ini mencapai 2,6 juta ton sehingga harus ditutupi dengan impor. Kelangkaan kedelai belakangan ini disebut akibat kekeringan di Amerika Serikat sehingga produksi kedelai menurun.

Ketua Fraksi Partai Golkar Setya Novanto menambahkan, ketergantungan Indonesia terhadap impor pangan, salah satunya kedelai, merupakan cermin dari ketidakmampuan pemerintah untuk menjaga ketahanan pangan nasional.

Menurutnya, data Badan Pusat Statistik (BPS) selama bulan Januari-Juni 2011 menunjukkan bahwa impor pangan Indonesia mencapai 11,33 juta ton dengan nilai sekitar Rp 45 triliun. Komoditas impor itu bervariasi, seperti beras, jagung, kedelai, dan terigu.

"Ketergantungan terhadap impor dikhawatirkan akan menimbulkan gejolak sosial, mengingat pangan merupakan hal yang fundamental bagi kita," kata Setya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

    Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

    Spend Smart
    Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

    Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

    Whats New
    Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

    Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

    Whats New
    Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

    Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

    Whats New
    Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi 'Feeder' bagi Malaysia dan Singapura

    Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi "Feeder" bagi Malaysia dan Singapura

    Whats New
    Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

    Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

    Whats New
    Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

    Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

    Whats New
    Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

    Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

    Whats New
    Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

    Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

    Whats New
    Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada  Kuartal I 2024

    Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada Kuartal I 2024

    Whats New
    Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

    Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

    Work Smart
    Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

    Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

    Whats New
    Indonesia dan Arab Saudi Sepakat Menambah Rute Penerbangan Baru

    Indonesia dan Arab Saudi Sepakat Menambah Rute Penerbangan Baru

    Whats New
    BJBR Bukukan Laba Rp 453 Miliar pada Kuartal I 2024

    BJBR Bukukan Laba Rp 453 Miliar pada Kuartal I 2024

    Whats New
    Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di RI, Luhut: Tidak Akan Menyesal

    Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di RI, Luhut: Tidak Akan Menyesal

    Whats New
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com