PONTIANAK, KOMPAS -
Ketua Asosiasi Agribisnis Peternakan (AAP) Kalimantan Barat Bambang Mulyantono, Selasa (7/8), mengatakan, masuknya ayam ilegal dari Malaysia itu menyebabkan ayam budidaya peternak lokal sulit menembus wilayah perbatasan. Ayam dan telur dari Malaysia sudah mulai masuk sejak awal Ramadhan.
Menurut Bambang, ayam ras dan telur itu paling banyak masuk melalui Entikong, Kabupaten Sanggau. Ayam milik peternak lokal paling jauh hanya bisa
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kalimantan Barat Abdul Manaf Mustafa mengemukakan, masuknya ayam ras dari Malaysia itu merugikan, baik dari sisi ekonomi maupun kesehatan. Dari sisi ekonomi, produk peternak lokal tak dapat bersaing dengan unggas Malaysia yang lebih murah. Dari sisi kesehatan, unggas asal Malaysia berbahaya karena tidak dilengkapi sertifikasi keamanan dan kesehatan.
Kepala Stasiun Karantina Pertanian Entikong Choirul Anam membantah ada unggas dan telur asal Malaysia yang masuk dalam jumlah sangat banyak melalui Pos Pemeriksaan Lintas Batas Entikong. ”Unggas dan telur memang ada yang masuk, tetapi jumlahnya kecil dan sesuai dengan aturan. Itu dibeli warga perbatasan menggunakan kuota belanja 600 ringgit per bulan ke Sarawak yang diatur dalam perjanjian perdagangan perbatasan RI-Malaysia,” kata Choirul.
Sementara itu, makanan yang mengandung formalin, berjamur, berada dalam kemasan yang rusak, serta terdapat cacing hati ditemukan dalam inspeksi makanan dan daging yang diselenggarakan Pemerintah Kota Tegal dan Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, Selasa (7/8).
Makanan-makanan itu ditemukan di sejumlah pusat perbelanjaan. Cacing hati ditemukan pada hati sapi di Pasar Induk Brebes.
Wali Kota Tegal Ikmal Jaya mengatakan, pemeriksaan makanan dimaksudkan untuk melindungi masyarakat agar mendapatkan produk yang aman dikonsumsi.