BANJARNEGARA, KOMPAS
Di Jawa Tengah, enam pembangkit listrik tenaga air (PLTA) berhenti beroperasi sejak awal Agustus. Kondisi ini menyusul susutnya debit air di sejumlah waduk. Keenam PLTA itu adalah Wadaslintang, Sempor, Pejengkolan, Kedungombo, Klambu, dan Sidorejo.
Senior Supervisor PT Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkit Mrica, Banjarnegara, Gunawan, Senin (3/9), mengatakan, dari 12 PLTA di Jawa Tengah, hanya 5 yang sebagian unitnya masih beroperasi. Total listrik yang diproduksi ke-12 PLTA itu 299,4 megawatt (MW). Namun, kini kapasitas pembangkit yang dioperasikan hanya menghasilkan 88,4 MW.
Gunawan mengakui, selama musim kemarau, produksi listrik menurun dari total kapasitas yang terpasang. Misalnya, saat musim hujan, tiga turbin PLTA Mrica masing-masing berkapasitas 60 MW, dengan total 180 MW beroperasi penuh. Pada musim kemarau seperti saat ini, yang dioperasikan hanya satu atau dua turbin dengan jumlah kapasitas produksi 60 MW sehingga terjadi pengurangan 120 MW dari kapasitas terpasang.
Selain itu, waktu operasional juga dibatasi 4,5 jam hingga 5 jam mulai pukul 17.00. Waktu operasional ditentukan Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban PLN.
PLTA Garung di Wonosobo, yang terdiri atas dua unit berkapasitas 26,4 MW, juga hanya beroperasi satu unit dengan kapasitas 13,2 MW, dengan waktu operasional pukul 17.00-19.00 WIB. ”Operasional PLTA baru akan kembali maksimal pada saat waduk terisi air secara penuh,” ujar Gunawan.
Kepal Bidang Irigasi Dinas Sumber Daya Air, Energi, dan Sumber Daya Mineral Kebumen Muchtarom menjelaskan, saat ini di Waduk Wadaslintang tersisa 261,46 juta meter kubik (m
Ketidakserempakan tanam dinilai turut memicu kekeringan di lahan irigasi teknis di pesisir utara Karawang, Jawa Barat, pada musim tanam gadu ini. Petani meminta pemerintah memperbaiki pengelolaan irigasi dan mengetatkan jadwal tanam agar air terdistribusi lebih adil.
Koordinator Serikat Petani Karawang Deden Sofian, Senin, menilai, kekacauan jadwal tanam menyebabkan sawah petani di hilir irigasi kerap kekeringan pada musim tanam gadu. Padahal, air sebenarnya tersedia dan lahan mereka terhubung dalam jaringan irigasi teknis.
Kekeringan terjadi di golongan air IV-V atau sawah yang paling akhir mendapat jatah air di Daerah Irigasi Jatiluhur, terutama di Kecamatan Cilamaya Kulon, Cibuaya, Batujaya, dan Pakisjaya. Sesuai jadwal, sawah seharusnya terairi pada akhir Mei atau awal Juni 2012, tetapi hingga awal September belum terairi.