Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keterampilan Buruh, Kunci Tekan Kesenjangan

Kompas.com - 06/09/2012, 07:24 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Kunci mengurangi kesenjangan kesejahteraan masyarakat Indonesia adalah melalui peningkatan kapasitas kelompok buruh dengan keterampilan paling minim. Hal ini terutama menjadi tanggung jawab pemerintah.

Demikian pemikiran penting sekaligus relevan yang mengemuka dalam Konferensi Internasional Asosiasi Pembangunan Manusia dan Kapabilitas (Human Development and Capability Association), di Jakarta, Rabu (5/9/2012). Tema konferensi yang diikuti akademisi dari 39 negara itu adalah ”Mengevaluasi Pembangunan: Apakah Kita Sudah Melakukannya dengan Benar?”.

Eric Maskin, peraih Nobel Ekonomi pada 2007, berpendapat, globalisasi belakangan justru meningkatkan kesenjangan kesejahteraan di negara-negara berkembang. Ini diprofilkan oleh kelompok buruh dengan keterampilan paling minim. Mereka semakin sulit bersaing dalam pasar kerja yang kian kompetitif.

”Di Indonesia juga terjadi kesenjangan yang makin lebar. Hal ini terkait dengan globalisasi. Saya berpendapat, buruh di kelas terbawah membutuhkan pelatihan agar dapat berkompetisi di pasar global,” kata Maskin, yang mengajar di Universitas Harvard, Amerika Serikat. Maskin menegaskan, pelatihan dan pendidikan buruh menjadi keniscayaan. Pemerintah harus bertanggung jawab mewujudkan hal ini, baik secara langsung maupun lewat subsidi.

Guru Besar Ekonomi Universitas Cornell, AS, Kaushik Basu menyatakan, pertumbuhan ekonomi yang diikuti dengan melebarnya kesenjangan kesejahteraan masyarakat adalah fenomena umum di negara berkembang pada era globalisasi. Hal ini tidak hanya terjadi di Indonesia.

Menurut Basu, dari sisi pertumbuhan ekonomi, Indonesia termasuk luar biasa karena selalu di atas 6 persen selama dua tahun terakhir. Meski demikian, pertumbuhan tetap memerlukan sentuhan humanisme. ”Globalisasi ada di luar sana. Kita tidak bisa komplain karena nyatanya globalisasi juga membawa pertumbuhan ekonomi. Yang harus dilakukan adalah bagaimana mengelola globalisasi agar menguntungkan semuanya,” kata Basu, yang berbicara dalam konferensi itu.

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Armida Salsiah Alisjahbana dalam pidato kunci menyatakan, pemerintah tidak sebatas menggunakan pertumbuhan ekonomi sebagai indikator tunggal mengevaluasi pembangunan. Indikator lain pun digunakan, seperti kemiskinan, pengangguran, dan kesenjangan kesejahteraan.

Armida berpendapat, titik berat pemerintah adalah pada visi dan program kebijakan. Alasan itulah yang menentukan hasil dan manfaat pembangunan. ”Jadi, bukan pada ukurannya karena ukurannya sudah ada, misalnya produk domestik bruto, kemiskinan, pengangguran, dan kesenjangan. Artinya, ukuran itu yang kita gunakan,” kata Armida.

Secara terpisah, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia Sofjan Wanandi mengatakan, kualifikasi angkatan kerja yang didominasi pendidikan dasar turut menghambat ekspansi dunia usaha nasional. Ketidaksesuaian lulusan pendidikan formal dengan kebutuhan pasar kerja sangat memengaruhi perkembangan industri domestik. (LAS/HAM)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Tak Lagi Khawatir Lupa Bawa Uang Tunai Berbelanja di Kawasan Wisata Samosir

    Tak Lagi Khawatir Lupa Bawa Uang Tunai Berbelanja di Kawasan Wisata Samosir

    Whats New
    Info Limit Tarik Tunai BCA Sesuai Jenis Kartu ATM Lengkap

    Info Limit Tarik Tunai BCA Sesuai Jenis Kartu ATM Lengkap

    Spend Smart
    3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu BCA, Penting saat Lupa Bawa di ATM

    3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu BCA, Penting saat Lupa Bawa di ATM

    Earn Smart
    [POPULER MONEY] Serikat Pekerja Tuntut Naik Upah, Menaker Balik Tuntut Kenaikan Kompetensi | Luhut Janji Microsoft Tak Akan Menyesal Investasi Rp 27,6 Triliun di Indonesia

    [POPULER MONEY] Serikat Pekerja Tuntut Naik Upah, Menaker Balik Tuntut Kenaikan Kompetensi | Luhut Janji Microsoft Tak Akan Menyesal Investasi Rp 27,6 Triliun di Indonesia

    Whats New
    Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

    Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

    Spend Smart
    Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

    Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

    Whats New
    Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

    Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

    Whats New
    Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

    Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

    Whats New
    Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi 'Feeder' bagi Malaysia dan Singapura

    Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi "Feeder" bagi Malaysia dan Singapura

    Whats New
    Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

    Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

    Whats New
    Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

    Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

    Whats New
    Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

    Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

    Whats New
    Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

    Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

    Whats New
    Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada  Kuartal I 2024

    Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada Kuartal I 2024

    Whats New
    Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

    Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

    Work Smart
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com