Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Terus Perjuangkan CPO

Kompas.com - 08/09/2012, 04:57 WIB

Vladivostok, Kompas - Indonesia tetap berupaya agar minyak kelapa sawit mentah (CPO) masuk daftar produk ramah lingkungan sehingga dikenai tarif maksimum 5 persen atau kurang dalam perdagangan intraanggota ekonomi forum Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC).

Daftar produk ramah lingkungan ini diteruskan untuk disetujui dalam pertemuan tingkat pemimpin APEC di Vladivostok, Rusia, Sabtu (8/9) dan Minggu besok. Sementara itu, kemarin, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan rombongan tiba di Vladivostok.

Pertemuan pemimpin APEC akan dipimpin Presiden Rusia Vladimir Putin yang berlangsung di Far Eastern Federal University di Pulau Russky, sekitar 1 kilometer dari pusat kota Vladivostok. Presiden dan Nyonya Ani Yudhoyono beserta rombongan hari Jumat sekitar pukul 15.00 waktu setempat tiba di Vladivostok setelah sebelumnya berkunjung ke Ulan Bator, Mongolia.

Wartawan Kompas Rikard Bagun dan Pieter P Gero dari Vladivostok melaporkan, Presiden Yudhoyono langsung mengadakan pertemuan dengan Menteri Perdagangan Gita Irawan Wirjawan yang selama ini intens mengikuti pertemuan tingkat menteri dari 21 anggota ekonomi APEC. Pertemuan ini membahas berbagai masalah yang direkomendasikan para menteri kepada pemimpin APEC, antara lain daftar produk ramah lingkungan.

Kepada wartawan, Jumat, Gita menjelaskan, pertemuan tingkat menteri terutama menyangkut produk ramah lingkungan berlangsung menarik dan panas. Pro dan kontra terutama berkaitan dengan daftar produk ramah lingkungan. ”Kami sudah pada satu titik untuk merekomendasikan ke tingkat pemimpin dan kini semuanya bergantung kepada para pemimpin,” ujarnya.

Gita menambahkan, sejauh ini ada 54 produk yang masuk daftar produk ramah lingkungan yang diajukan kepada pemimpin APEC. Indonesia sejak semula hanya mengusulkan 20 produk yang masuk daftar dari sekitar 281 produk yang diajukan anggota APEC yang lebih maju.

Indonesia tetap bertahan dengan 20 produk, sementara anggota yang lebih maju mulai melunak turun menjadi 97 produk, 75 produk, dan akhirnya 60 produk. Anggota yang lebih maju ini adalah Amerika Serikat, Kanada, dan Australia.

Gita menjelaskan, Indonesia akhirnya bersedia mempertimbangkan daftar 54 produk jika anggota APEC yang lebih maju mau memberikan konsesi terhadap produk khas Indonesia yang sangat ramah lingkungan, seperti CPO. ”CPO sangat dekat dengan rakyat Indonesia. Karena itu, tidak ada alasan untuk tidak mengklasifikasikan CPO masuk produk ramah lingkungan,” ujarnya.

Rupanya sikap keras Indonesia menyangkut CPO diikuti China yang kemudian mengajukan produk dari bambu yang juga khas dan sangat ramah lingkungan. Bambu akhirnya diterima anggota APEC yang maju, tetapi CPO yang tadinya nyaris diterima akhirnya harus menunggu keputusan pemimpin APEC. ”CPO sudah menjadi catatan, tetapi belum secara resmi anggota APEC yang maju memberikan konsesi,” kata Gita.

Dengan CPO masuk catatan, ujar Gita, apa yang Indonesia berikan kepada 54 produk ramah lingkungan semuanya dalam kemasan kesepakatan tidak mengikat (nonbinding). Kemasan ini adalah mayoritas 54 produk ini sudah dikenai tarif masuk 5 persen atau kurang dan juga setelah mereka melakukan investasi cukup besar di Indonesia.

Menurut Gita, anggota APEC seperti AS kini sudah masuk dalam lima besar investor di Indonesia. ”Nantinya kami berharap mereka mau melakukan investasi di Indonesia, terutama untuk produk-produk ramah lingkungan, sebagaimana yang mereka inginkan itu. Kini tinggal kami arahkan saja,” ujar Gita.

Menjawab pertanyaan bagaimana dengan sikap Presiden Yudhoyono soal hal ini, Gita menjelaskan, pihaknya akan memberikan penjelasan dan paparan soal daftar produk ramah lingkungan. Presiden menyetujui atau tidak, hal itu bergantung pada berapa besar konsesi yang diberikan anggota APEC lainnya dalam kaitan dengan kemasan besar tersebut. Apalagi kalau mereka sudah berkomitmen melakukan investasi.

Menurut Gita, semangat yang muncul dari pembahasan produk ramah lingkungan ini adalah ke depan Indonesia harus mulai menghasilkan produk ramah lingkungan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com