Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bank Dunia: Indonesia Masih Dibayangi Pelambatan Ekonomi Dunia

Kompas.com - 15/10/2012, 11:54 WIB
Didik Purwanto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Bank Dunia menyatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini terbukti kuat. Namun, kondisi tersebut masih dibayangi oleh pelemahan ekonomi dunia.

Country Director Bank Dunia untuk Indonesia Stefan Koeberle menyatakan, Indonesia memiliki tantangan untuk bisa menjaga pertumbuhan ekonomi hingga saat ini, apalagi di tengah tingginya ketidakpastian ekonomi global.

"Kondisi pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini tetap kuat, tetapi masih terdapat risiko penurunan yang cukup besar terhadap perkiraan ekonomi dunia," kata Stefan saat memaparkan perkembangan kuartalan ekonomi Indonesia edisi Oktober 2012 di Universitas Paramadina Jakarta, Senin (15/10/2012).

Menurut Bank Dunia, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2012 telah tumbuh 6,4 persen. Pertumbuhan itu didorong oleh kuatnya daya konsumsi swasta dan meningkatnya investasi.

Di akhir tahun nanti, Bank Dunia masih memperkirakan ekonomi Indonesia akan tumbuh 6,1 persen dan sedikit meningkat menjadi 6,3 persen di 2013. Namun, Indonesia jelas tidak akan luput dari pengaruh perlemahan dunia internasional. "Risiko-risiko terhadap proyeksi dasar (baseline) ini sedang meningkat," tambahnya.

Menurut Stefan, peningkatan risiko proyeksi dasar ini terutama disebabkan oleh berlanjutnya ketidakpastian di zona Eropa, kemungkinan terjadinya kontraksi fiskal di Amerika Serikat, dan risiko pelambatan lebih lanjut di sejumlah mitra perdagangan utama Indonesia, terutama China.

Ekonom Utama dan Penasihat Ekonomi Bank Dunia untuk Indonesia, Ndiame Diop, menjelaskan, Indonesia akan mengalami tantangan kebijakan ke depan, termasuk meningkatkan kesiagaan menghadapi krisis jangka pendek. Selain itu, perlu meningkatkan fokus, khususnya terhadap upaya-upaya struktural jangka panjang yang bertujuan mendorong pertumbuhan, seperti memperkuat investasi pada infrastruktur baru, keterampilan dan pendidikan, serta memperkuat perlindungan sosial.

"Belanja subsidi energi masih tetap tinggi. Hal ini akan membatasi belanja untuk perlindungan sosial atau infrastruktur sehingga perlu peningkatan kualitas belanja pemerintah, baik alokasi maupun efisiensinya," tambah Ndiame.

Ikuti Artikel Mengenai Perekonomian Indonesia di Topik EKONOMI RI TETAP MELAJU

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

    Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

    Spend Smart
    Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

    Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

    Whats New
    Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

    Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

    Whats New
    Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

    Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

    Whats New
    Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi 'Feeder' bagi Malaysia dan Singapura

    Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi "Feeder" bagi Malaysia dan Singapura

    Whats New
    Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

    Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

    Whats New
    Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

    Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

    Whats New
    Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

    Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

    Whats New
    Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

    Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

    Whats New
    Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada  Kuartal I 2024

    Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada Kuartal I 2024

    Whats New
    Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

    Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

    Work Smart
    Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

    Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

    Whats New
    Indonesia dan Arab Saudi Sepakat Menambah Rute Penerbangan Baru

    Indonesia dan Arab Saudi Sepakat Menambah Rute Penerbangan Baru

    Whats New
    BJBR Bukukan Laba Rp 453 Miliar pada Kuartal I 2024

    BJBR Bukukan Laba Rp 453 Miliar pada Kuartal I 2024

    Whats New
    Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di RI, Luhut: Tidak Akan Menyesal

    Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di RI, Luhut: Tidak Akan Menyesal

    Whats New
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com