Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Foxconn Batal Investasi di Indonesia?

Kompas.com - 13/11/2012, 14:46 WIB
Didik Purwanto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Rencana investasi Foxconn Technology Group dari Taiwan kini nasibnya belum jelas. Rencana kerjasama dengan salah satu anak perusahaan BUMN pun tidak ada kabar lebih lanjut.

"Soal Foxconn itu belum jelas. Mereka saja sudah tidak ada kabar apa-apa lagi ke kita," kata Direktur Utama PT INTI Tikno Sutisna kepada Kompas.com saat ditemui di acara Komite Ekonomi Nasional "Penyatuan Visi Bersama Menuju Indonesia Maju 2030" di Hotel Ritz Carlton Sudirman Jakarta, Selasa (13/11/2012).

Menurut Tikno, keberadaan Foxconn yang belum jelas itu disebabkan karena perusahaan pemanufaktur produk-produk Apple itu sedang didera masalah. Khususnya setelah Foxconn memberikan tekanan yang keras kepada pekerjanya saat memproduksi iPad New, iPad 4 dan iPad mini. Apalagi produk-produk baru dari Apple yang dirakit di Foxconn ini dinilai ada kecacatan dalam beberapa aplikasi.

Sehingga PT Inti juga tidak bisa berkomentar lebih lanjut soal kerjasama tersebut. "Masa pemerintah juga tanya ke kami, bagaimana nasib kerjasama dengan Foxconn. Kan seharusnya itu tugas pemerintah," tambahnya.

Tikno mengatakan, Foxconn sempat meminta perbaikan infrastruktur dari berbagai sisi, baik urusan jalan, pabrik, kemudahan investasi hingga birokrasi. Namun tampaknya pemerintah juga belum memberikan kejelasan terkait permintaan Foxconn ini. "Jadi kalau nanti kita buat ponsel, ya kita akan buat sendiri. Desain sudah siap," katanya.

Sekadar catatan, PT Industri Telekomunikasi Indonesia (INTI) Persero memang telah mengirim tim ke kantor pusat Foxconn Technology Group di Taiwan pada September lalu. Kunjungi tersebut untuk membincangkan dan mematangkan rencana pembangunan pabrik di Indonesia.

Menurut Tikno, keinginan Foxconn untuk berinvestasi di Indonesia adalah membangun infrastruktur dalam mengembangkan produk berteknologi tinggi. Di Taiwan, Foxconn telah menerima pesanan untuk membuat produk dari Apple hingga Motorola. Namun, khusus untuk investasinya di Indonesia, Tikno menganggap bahwa belum ada keputusan pasti apakah Foxconn akan membangun infrastruktur serupa dengan di Taiwan.

"Ini masih penjajakan, jadi kita tidak tahu persisnya Foxconn akan membangun apa," tambahnya.

Namun, seperti yang telah disampaikan ke Kementerian Perindustrian, Foxconn berkeinginan membangun ekosistem infrastruktur. Ekosistem ini pun serupa dengan rencana pengembangan perseroan. Artinya, kedua perusahaan dapat menyatukan kekuatannya.

Dengan demikian, PT Inti memiliki dua pilihan. Pertama bergabung dengan Foxconn yang berarti perseroan akan memiliki penyertaan di Foxconn. Kedua menjadi perusahaan supply chain atau jaringan perusahaan-perusahaan yang secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke pasaran.

"Selama ini, banyak perusahaan infrastruktur yang tidak memiliki visi masuk ke industri ini hanya untuk memasarkan perusahaannya, namun kami memiliki visi ini dan mengembangkannya," ungkapnya.

Terkait dengan rencana bisnis ini, Tikno menambahkan belum membicarakan dengan Kementerian BUMN selaku pemegang saham. Masalahnya, rencana bisnis ini baru tahap penjajakan awal.

Sebelumnya, Menteri Perindustrian MS Hidayat meminta Foxconn untuk bekerjasama dengan PT Inti yang merupakan anak usaha BUMN. Alasannya, PT INTI juga pernah memproduksi ponsel. Dengan kerja sama tersebut, PT INTI akan menjadi perusahaan perakitan (assembly) produk elektronik, sementara Foxconn menyediakan jasa manufakturnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com