Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Utang Swasta Naik, Waspadai Potensi Gagal Bayar

Kompas.com - 13/12/2012, 09:51 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Peningkatan utang luar negeri swasta yang tidak hati-hati memiliki potensi risiko ketidaksesuaian (mismatch), bahkan gagal bayar. Utang luar negeri swasta ini harus dikendalikan karena bisa mengakibatkan krisis seperti pada tahun 1997-1998 dan 2008.

Menteri Keuangan Agus Martowardojo meminta fenomena peningkatan utang ini diwaspadai. Swasta selama ini hanya melaporkan utang valuta asing (valas), sedangkan penggunaannya tidak diawasi.

”Misalnya, pinjaman valas jangka pendek digunakan untuk investasi atau usaha yang hasilnya rupiah,” tutur Agus, menjelaskan soal ketidaksesuaian utang luar negeri swasta dalam pidato kuncinya pada seminar Ikatan Bankir Indonesia, di Jakarta, Rabu (12/12/2012).

Data Bank Indonesia per September 2012, utang luar negeri swasta sebesar 123,27 miliar dollar AS, yang terdiri dari utang jangka pendek sebesar 36,116 miliar dollar AS dan utang jangka panjang 87,155 miliar dollar AS. Jangka pendek adalah satu tahun atau kurang dan jangka panjang berarti lebih dari satu tahun.

Dari jumlah tersebut, bank berutang 21,619 miliar dollar AS, sedangkan nonbank sebesar 101,651 miliar dollar AS. Pemberi utang terbesar adalah Singapura, sebesar 41,656 miliar dollar AS.

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal M Chatib Basri yang dikonfirmasi soal utang luar negeri swasta mengatakan, perhatian soal utang luar negeri itu tepat. Hal ini seiring dengan tingginya semangat domestik untuk investasi, yang memerlukan dana. Jika perbankan di Indonesia tidak bisa memberikan pinjaman, pilihannya lari ke luar negeri.

”Kalau terjadi sesuatu negara pemberi kredit, proyek bisa terbengkalai,” kata Chatib.

Sementara itu, Direktur Utama Bank Mandiri Zulkifli Zaini mengaku sudah sejak lama hati-hati setiap kali meminjam dana valas. Selain memperoleh izin Bank Indonesia, diusahakan juga sesuai dengan kebutuhan valas Bank Mandiri. (idr)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com