JAKARTA, KOMPAS
Total realisasi penerimaan bea dan cukai per 14 Desember sebesar Rp 138,42 triliun atau 105 persen dari target senilai Rp 131,21 triliun. Kecuali bea keluar, dua sumber penerimaan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) sudah melampaui target, yakni bea masuk dan cukai.
Direktur Jenderal Bea dan Cukai Agung Kuswandono di Jakarta, Jumat (21/12), menyatakan, turunnya ekspor disebabkan perekonomian dunia yang sedang lesu. Akibatnya, bea keluar juga turun. Dari target Rp 23,21 triliun, realisasi per 14 Desember sebesar Rp 22,24 triliun atau 88,56 persen.
Agung mengatakan, 95 persen ekspor berupa komoditas minyak sawit mentah (CPO). Anjloknya harga CPO di pasar internasional menyebabkan bea keluar turun karena sistem tarif bea keluar adalah progresif.
Penyebab lainnya, kata Agung, adalah pergeseran produk ekspor dari minyak kelapa sawit mentah (CPO) menjadi turunan CPO. Hal ini terjadi menyusul hilirisasi oleh pemerintah yang menawarkan insentif berupa bea keluar yang lebih rendah untuk produk turunan CPO.
Penerimaan bea masuk, kata Agung, sudah melampaui target. Realisasi per 14 Desember sebesar Rp 26,96 triliun atau 108,9 persen dari target. Impor didominasi mesin, peralatan elektronik, barang kimia, mineral, dan barang konsumsi.
Kinerja itu, menurut Agung, selain volume impor yang naik, juga disebabkan pengetatan pengawasan dan pemeriksaan oleh aparat. Hal itu dilakukan ketika barang akan masuk ke wilayah kepabeanan Indonesia ataupun setelah barang masuk.