Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kurangi Impor Migas

Kompas.com - 05/01/2013, 03:01 WIB

Jakarta, Kompas - Defisit neraca perdagangan akumulatif periode Januari-November 2012 sebesar 1,33 miliar dollar AS lebih banyak disebabkan lonjakan dalam impor minyak dan gas. Karena itu, impor minyak dan gas harus dikurangi agar defisit perdagangan bisa diminimalisasi.

Hal itu bisa dilakukan jika konsumsi bahan bakar minyak (BBM) ditekan dengan cara menaikkan harganya. ”Lonjakan impor migas (minyak dan gas bumi) ini harus diperhatikan karena nilainya telah menyeret defisit ke angka cukup besar. Kalau tidak disikapi, tahun ini impor migas kembali membengkak,” kata Menteri Perdagangan Gita Wirjawan, di Jakarta, Jumat (4/1).

Defisit migas sepanjang periode Januari-November tercatat 4,8 miliar dollar AS, sementara nonmigas masih mencatatkan surplus 3,5 miliar dollar AS. Impor migas tercatat 38,8 miliar AS, sementara ekspor mencapai 34 miliar dollar AS. Komposisi impor terdiri dari minyak mentah 10 miliar dollar AS, hasil minyak 25,99 miliar dollar AS, dan gas sebesar 2,8 miliar dollar AS.

Menurut Gita, konsumsi BBM yang terus membengkak membuat aktivitas impor terus meningkat. Karena itu, hal tersebut harus disikapi dengan menaikkan harga BBM. Subsidi BBM seharusnya dialihkan untuk kepentingan lain yang bersifat lebih produktif.

Selain menekan impor migas, pengurangan defisit juga dilakukan dengan peningkatan nilai tambah komoditas. Harga komoditas sepanjang tahun 2012 mengalami penurunan sekitar 30 persen. Indonesia tidak bisa lagi mengandalkan ekspor berupa komoditas mentah. Komoditas harus diolah dahulu sehingga ada penambahan nilai.

Gita mengatakan, total ekspor tahun 2012 diperkirakan mencapai 190 miliar dollar atau turun 6 persen dibandingkan dengan tahun 2011 sebesar 203 miliar dollar AS. ”Untuk tahun 2013, saya juga tidak muluk-muluk. Dengan mempertimbangkan kondisi ekonomi global, maka capaian ekspor tahun ini akan sama dengan tahun lalu,” ujarnya.

Sementara itu Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Hartadi Agus Sarwono mengemukakan, BI yakin neraca pembayaran Indonesia akan semakin baik pada tahun 2013 ini. Kendati transaksi berjalan masih defisit, transaksi modal dan finansial surplus sehingga keseluruhan neraca pembayaran surplus.

”Kecenderungannya, surplus neraca pembayaran membesar karena defisit transaksi berjalan berkurang dengan transaksi modal dan finansial yang membaik,” kata Hartadi di Jakarta.

Dengan membaiknya neraca pembayaran Indonesia (NPI), nilai tukar rupiah terhadap dollar AS akan menguat. Namun, Hartadi menyatakan, kapan kondisi itu terjadi belum dapat dipastikan. ”Sabar saja, kita lihat nanti,” ujar Hartadi.

Dari kurs tengah BI, Jumat, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS mencapai Rp 9.675 per dollar AS.

Indikasi transaksi berjalan membaik terlihat dari impor yang menurun dan ekspor yang meningkat sejalan dengan membaiknya perekonomian dunia.

Perihal tingginya impor BBM, Hartadi mengakui bahwa Indonesia perlu melakukan sesuatu agar impor minyak tidak terlalu besar. Menurut analisis BI, membesarnya impor disertai turunnya harga minyak dunia. (ENY/IDR)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Spend Smart
Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Whats New
Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Whats New
Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Whats New
Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi 'Feeder' bagi Malaysia dan Singapura

Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi "Feeder" bagi Malaysia dan Singapura

Whats New
Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Whats New
Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Whats New
Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Whats New
Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Whats New
Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada  Kuartal I 2024

Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada Kuartal I 2024

Whats New
Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Work Smart
Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

Whats New
Indonesia dan Arab Saudi Sepakat Menambah Rute Penerbangan Baru

Indonesia dan Arab Saudi Sepakat Menambah Rute Penerbangan Baru

Whats New
BJBR Bukukan Laba Rp 453 Miliar pada Kuartal I 2024

BJBR Bukukan Laba Rp 453 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di RI, Luhut: Tidak Akan Menyesal

Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di RI, Luhut: Tidak Akan Menyesal

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com