Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Awan Hujan Masih Melimpah di Jakarta

Kompas.com - 18/01/2013, 08:54 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Hujan lima hari terakhir di Jakarta dan sekitarnya masih akan terjadi. Awan hujan masih melimpah di atas Pulau Jawa karena dinamika atmosfer yang terkait kondisi cuaca lokal dan global. Curah hujan ditambah kondisi daratan yang rusak karena alih fungsi lahan berisiko menimbulkan banjir dan tanah longsor.

Secara meteorologis, monsun Asia dengan udara dingin bertekanan tinggi saat ini sedang menguat dan berembus ke tenggara, bertemu udara hangat bertekanan rendah di Indonesia yang mengalir dari Benua Australia. Akibatnya, awan hujan melimpah dan meluas di sepanjang Sumatera bagian selatan, Jawa, Bali, hingga Nusa Tenggara.

”Intensitas curah hujan akhir pekan ini di Depok dan Bogor akan meningkat,” kata Deputi Bidang Meteorologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Soepriyo di Jakarta, Kamis (17/1/2013).

Di wilayah Jakarta, curah hujan tertinggi kemarin tercatat di Kedoya 125 milimeter, Cengkareng (103 mm), Tanjung Priok (95 mm), Kemayoran (81 mm), Pantai Indah Kapuk (80,5 mm), Ciledug (59 mm), dan Pakubuwono (57 mm). Sementara di Bogor intensitas curah hujan mencapai 100 mm.

Intensitas curah hujan tersebut sebenarnya biasa saja jika dibandingkan dengan intensitas curah hujan tahun 2007. Saat itu, intensitasnya mencapai 340 mm, sedangkan curah hujan tahun 2002—yang juga menimbulkan banjir besar—mencapai 200 mm.

Namun, dari sisi cakupan wilayah, hujan kali ini merata di Jabodetabek. ”Jadi, volume airnya relatif cukup besar,” kata Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG Mulyono Prabowo.

Tahun 2007, hujan besar terkonsentrasi di satu wilayah. BMKG memperkirakan peluang hujan lebat masih berpotensi terjadi sampai akhir Januari hingga pertengahan Februari 2013.

Penyebab lain

Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo Nugroho menyebutkan, curah hujan dan limpasan air hujan sangat tinggi kemarin mengalir ke Sungai Ciliwung.

”Ketinggian air Sungai Ciliwung di Pintu Air Manggarai 1.030 sentimeter, melampaui batas Siaga 950 cm,” tutur Sutopo.

Sementara itu, Manajer Laboratorium Teknologi Sistem Kebumian dan Mitigasi Bencana pada Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Fadli Syamsudin mengatakan, banjir Jakarta terkait dengan kondisi lokal.

Ketinggian air di pintu air terakhir Sungai Ciliwung yang terhubung ke laut di Teluk Jakarta, yaitu Pintu Air Pasar Ikan, Penjaringan, Jakarta Utara, mencapai 180 cm dan dalam keadaan status Siaga II. Akibatnya, aliran Sungai Ciliwung tak langsung terbuang ke laut, tetapi merendam wilayah kota Jakarta.

Penurunan tanah

Pakar hidrologi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Robert Delinom, menengarai, tinggi muka air di Pintu Air Pasar Ikan mengindikasikan turunnya tanah Jakarta. ”Kondisi tersebut turut membuat banjir Jakarta bertahan lama,” tuturnya.

Di beberapa wilayah, penurunan tanah di Jakarta bervariasi, mulai dari 4 cm hingga 20 cm per tahun. Bahkan, di daerah Pluit, Jakarta Utara, yang tanahnya merupakan produk reklamasi, penurunan relatif tinggi. ”Mencapai 24 cm per tahun,” kata ahli geoteknologi LIPI, Jan Sopaheluwakan. (NAW/YUN/AIK)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Bank Mandiri Raup Laba Bersih Rp 12,7 Triliun pada Kuartal I-2024

    Bank Mandiri Raup Laba Bersih Rp 12,7 Triliun pada Kuartal I-2024

    Whats New
    Gelar RUPST, Astra Tetapkan Direksi dan Komisaris Baru

    Gelar RUPST, Astra Tetapkan Direksi dan Komisaris Baru

    Whats New
    Emiten Sawit BWPT Catat Pertumbuhan Laba Bersih 364 Persen pada Kuartal I-2024

    Emiten Sawit BWPT Catat Pertumbuhan Laba Bersih 364 Persen pada Kuartal I-2024

    Whats New
    Ekonom: Investasi Apple dan Microsoft Bisa Jadi Peluang RI Tingkatkan Partisipasi di Rantai Pasok Global

    Ekonom: Investasi Apple dan Microsoft Bisa Jadi Peluang RI Tingkatkan Partisipasi di Rantai Pasok Global

    Whats New
    Kemenko Perekonomian Buka Lowongan Kerja hingga 2 Mei 2024, Simak Kualifikasinya

    Kemenko Perekonomian Buka Lowongan Kerja hingga 2 Mei 2024, Simak Kualifikasinya

    Work Smart
    Gapki: Ekspor Minyak Sawit Turun 26,48 Persen Per Februari 2024

    Gapki: Ekspor Minyak Sawit Turun 26,48 Persen Per Februari 2024

    Whats New
    MPMX Cetak Pendapatan Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024, Ini Penopangnya

    MPMX Cetak Pendapatan Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024, Ini Penopangnya

    Whats New
    Allianz Syariah: Premi Mahal Bakal Buat Penetrasi Asuransi Stagnan

    Allianz Syariah: Premi Mahal Bakal Buat Penetrasi Asuransi Stagnan

    Whats New
    Holding Ultra Mikro Pastikan Tak Menaikkan Bunga Kredit

    Holding Ultra Mikro Pastikan Tak Menaikkan Bunga Kredit

    Whats New
    Menteri Teten: Warung Madura di Semua Daerah Boleh Buka 24 Jam

    Menteri Teten: Warung Madura di Semua Daerah Boleh Buka 24 Jam

    Whats New
    Bangun Ekosistem Energi Baru di Indonesia, IBC Gandeng 7 BUMN

    Bangun Ekosistem Energi Baru di Indonesia, IBC Gandeng 7 BUMN

    Whats New
    Apple hingga Microsoft Investasi di RI, Pengamat: Jangan Sampai Kita Hanya Dijadikan Pasar

    Apple hingga Microsoft Investasi di RI, Pengamat: Jangan Sampai Kita Hanya Dijadikan Pasar

    Whats New
    Bank DKI Raup Laba Bersih Rp 187 Miliar pada Kuartal I 2024

    Bank DKI Raup Laba Bersih Rp 187 Miliar pada Kuartal I 2024

    Whats New
    Mendag Zulhas Terbitkan Aturan Baru Soal Batasan Impor, Ini Rinciannya

    Mendag Zulhas Terbitkan Aturan Baru Soal Batasan Impor, Ini Rinciannya

    Whats New
    Microsoft Komitmen Berinvestasi di RI Senilai Rp 27,54 Triliun, Buat Apa Saja?

    Microsoft Komitmen Berinvestasi di RI Senilai Rp 27,54 Triliun, Buat Apa Saja?

    Whats New
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com