JAKARTA, KOMPAS.com — Pemerintah harus sanggup mempertahankan keputusan redenominasi rupiah. Tanpa daya tahan kuat, redenominasi bisa memicu beragam persoalan.
"Redenominasi itu tidak salah, boleh-boleh saja. Namun, kita harus bisa mempertahankannya dalam jangka waktu lama. Jangan sampai redenominasi hanya berlangsung sesaat gara-gara daya tahan yang lemah," kata mantan Deputi Bank Indonesia (BI) Anwar Nasution, yang saat ini menjadi peneliti senior di proyek Support for Economic Analysis Development in Indonesia, Senin (28/1/2013) di Jakarta.
Anwar mengatakan, redenominasi rupiah sebagai simbol untuk menggambarkan perekonomian Indonesia yang sempat terkena dampak krisis beberapa tahun lalu sudah lewat dan siap menyongsong masa depan. Sejumlah persoalan bisa saja muncul setelah redenominasi, seperti lonjakan harga.
Menurut dia, kesuksesan redenominasi mata uang lira di Turki bisa menjadi rujukan Indonesia. Setelah persiapan tujuh tahun, mulai 1 Januari 2005, pada awal tahun anggaran, Turki meredenominasi lira. Redenominasi dilakukan pada awal tahun anggaran dengan tujuan semua catatan pembukuan keuangan negara dan perusahaan langsung menggunakan mata uang baru dengan angka nominal yang lebih kecil.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanDapatkan informasi dan insight pilihan redaksi Kompas.com
Daftarkan EmailPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.