Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Impor Daging Sapi Memang Banyak Penyimpangan

Kompas.com - 31/01/2013, 13:38 WIB
Sandro Gatra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Anggota Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat Siswono Yudhohusodo mengatakan, praktik impor daging sapi selama ini memang banyak terjadi penyimpangan. Salah satu modusnya, kata dia, jumlah daging yang diimpor ke Indonesia melebihi izin yang diberikan.

"Kita tidak bisa tutup mata penyelundupan daging. Itu memang tidak vulgar. Modusnya izin diberikan 10 ton, tapi masuk 15 ton. Itu banyak terjadi," kata Siswono di Gedung Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis (31/1/2013).

Hal itu dikatakan Siswono ketika dimintai tanggapan terungkapnya kasus suap terkait pemberian rekomendasi kuota impor daging kepada Kementerian Pertanian.

Siswono mengatakan, setiap tahun produksi daging sapi dalam negeri memang tidak bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri. Setiap tahun, kata dia, pemerintah harus mengimpor daging sapi sekitar 40 persen dari total kebutuhan. Selain itu, ikut diimpor 700 ribu ekor sapi.

Siswono mengaku tak paham mengenai modus penyimpangan yang baru diungkap Komisi Pemberantasan Korupsi. Hanya saja, kata politisi Partai Golkar itu, rekomendasi kuota impor ada di Kementerian Pertanian dan izin impor ada di Kementerian Perdagangan.

"Kita tidak tahu apakah penyuapannya terjadi di Kementan atau Kemendag. Tapi kalau ada swasta menyuap, itu harus ditindak tegas karena merusak rencana kita swasembada daging 2014," ujar Siswono.

Seperti diberitakan, Presiden Partai Keadilan Sejahtera Luthfi Hasan Ishaaq ditetapkan sebagai tersangka kasus suap terkait pemberian rekomendasi kuota impor daging kepada Kementerian Pertanian. Selain Luthfi, tiga orang lainnya juga ditetapkan tersangka, yakni Direktur PT Indoguna Utama (IU) berinisial AAE, Direktur PT IU berinisial JE, dan orang dekat Luthfi berinisial AF.

Berita terkait dapat diikuti dalam topik:
Skandal Suap Impor Daging Sapi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com