Kuta, Kompas
Presiden Direktur PT Mandiri Sekuritas Abiprayadi Riyanto kepada wartawan di Kuta, Bali, Jumat (22/2), menegaskan, pertumbuhan ekonomi Indonesia meyakinkan, selalu di atas 6 persen. Tahun lalu PT Mandiri Sekuritas memperkirakan sekitar 6,3 persen, tahun ini juga diperkirakan 6,3 persen dan tahun 2014 diperkirakan tumbuh 6,6 persen.
Hanya saja, ujar Abiprayadi, pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi ini tidak mendorong jumlah investor ritel. ”Jumlah investor ritel hanya 360.000 orang, padahal di India saja sudah 50 juta investor. Jumlah rekening reksa dana di sana 170 juta, sedangkan di Indonesia hanya 450.000 rekening. Masih sangat sedikit,” ujarnya.
Menurut Abiprayadi yang kemarin didampingi Direktur Pelaksana Laksono Widodo dan Helmi I Satriyono, rendahnya jumlah investor ritel ini antara lain karena sedikitnya jumlah perusahaan yang masuk bursa saham (initial public offering/ IPO), semisal badan usaha milik negara (BUMN) yang tadinya ditargetkan dua BUMN ternyata hanya satu. Ini membuat jumlah emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI) hanya 463 emiten.
”Kondisi ini membuat saham yang ditawarkan tidak banyak, kurang kaya. Kapitalisasi pasar juga rendah. Kalau IPO-nya banyak akan lebih kaya. Akibatnya jumlah investor ritel juga tak bertambah bahkan tergerus,” katanya.
Oleh karena itu, PT Mandiri Sekuritas berniat bekerja sama dengan emiten, BEI, perbankan, dan pihak lainnya untuk mendorong jumlah investor ritel. ”Peran investor ritel harus diperbesar,” ujar Abiprayadi.
Menurut dia, sejauh ini upaya mendorong investor ritel sudah ada, tetapi harus lebih ditingkatkan. Kontribusinya perlu ditambah. Untuk itu harus ada kesinambungan. PT Mandiri Sekuritas akan berbicara dengan perbankan untuk kemungkinan nasabah bank saat membuka rekening sekaligus juga membuka rekening efek, dan tabungan reksa dana, misalnya. Hal ini sudah dilakukan di Korea Selatan guna mendorong semakin banyak investor ritel.
Mandiri Sekuritas sendiri akan menambah cabang dari dua cabang yang ada.