Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perekonomian dalam Tekanan

Kompas.com - 19/03/2013, 02:39 WIB

Jakarta, kompas - Bank Dunia memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2013 adalah 6,2 persen atau turun dari perkiraan awal sebesar 6,3 persen. Menguatnya sejumlah tekanan ekonomi jadi pertimbangan. Sementara target pemerintah adalah 6,8 persen dengan risiko turun 6,4 persen.

Demikian Laporan Ekonomi Indonesia Triwulanan versi Bank Dunia yang diluncurkan di Jakarta, Senin (18/3). Laporan bertajuk ”Menguatnya Tekanan” tersebut dipresentasikan oleh Manajer Sektor dan Pimpinan Ekonom Pengentasan Kemiskinan dan Manajemen Ekonomi Bank Dunia Jim Brumby.

Jim menyatakan, kinerja perekonomian Indonesia cenderung stabil, tetapi disertai menguatnya lima tekanan ekonomi. Tekanan itu meliputi perlambatan pertumbuhan investasi, perlambatan penjualan riil dan pertumbuhan produk domestik bruto nominal, berlanjutnya tren defisit pada neraca eksternal, melambatnya laju penurunan kemiskinan, dan besarnya beban subsidi bahan bakar minyak (BBM).

Kelima tekanan ekonomi tersebut, menurut Jim, memiliki aspek dan elemen yang berbeda. Beberapa faktor bisa ditangani dalam waktu relatif cepat, seperti subsidi BBM. Sebagian lagi butuh waktu yang lebih panjang, seperti di bidang investasi.

Investasi yang kontribusinya dua perlima dari pertumbuhan ekonomi tahun 2012, kata Jim, bisa menjadi risiko terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi tahun 2013. Pelambatannya sudah tampak pada triwulan IV-2012, terutama di sektor padat modal.

”Namun, poin yang ingin kami sampaikan adalah kinerja ekonomi makro yang berkelanjutan bergantung pada banyak hal. Aspek-aspek tersebut penting bagi dasar ekonomi makro untuk membuat kinerja ekonomi makro yang berkelanjutan,” ungkap Jim.

Subsidi energi, Jim menegaskan, secara politik adalah faktor paling menular meski penyelesaiannya hanya membutuhkan satu langkah politik eksekutif. Ia memahami langkah ini sulit diambil pemerintah.

”Pemotongan subsidi harus dibarengi dengan rencana aksi sehingga secara bertahap bisa diadaptasi dengan mulus oleh perekonomian. Dengan demikian, memulai langkah pengurangan subsidi adalah hal yang baik,” kata Jim.

Pada kesempatan yang sama, Kepala Deputi V Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan Tjokorda Nirarta Samadhi menyatakan, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2013 disusun pada Oktober 2012. Dengan demikian, asumsinya mendasarkan dinamika pada saat itu.

”Ketentuan yang ada di negara kita tidak memberi ruang penyesuaian yang fleksibel,” kata Nirarta.

Pertumbuhan ekonomi pada 2012 sebesar 6,23 persen dari target 6,5 persen. Tahun ini, APBN menargetkan 6,8 persen.

Menteri Keuangan Agus DW Martowardojo pada Januari menyatakan, pertumbuhan bisa turun ke 6,6 persen. Per 11 Maret, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Armida Salsiah Alisjahbana menyatakan, pertumbuhan bisa turun menjadi 6,4 persen. (ARN/LAS)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pesan Luhut ke Prabowo: Jangan Bawa Orang-orang 'Toxic' ke Dalam Pemerintah Anda

Pesan Luhut ke Prabowo: Jangan Bawa Orang-orang "Toxic" ke Dalam Pemerintah Anda

Whats New
Barang Bawaan Pribadi dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi, Ini Pesan Bea Cukai ke Jastiper

Barang Bawaan Pribadi dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi, Ini Pesan Bea Cukai ke Jastiper

Whats New
Bangun Pemahaman Kripto di Tanah Air, Aspakrindo dan ABI Gelar Bulan Literasi Kripto 2024

Bangun Pemahaman Kripto di Tanah Air, Aspakrindo dan ABI Gelar Bulan Literasi Kripto 2024

Rilis
Terbitkan Permentan Nomor 1 Tahun 2024, Mentan Pastikan Pupuk Subsidi Tepat Sasaran

Terbitkan Permentan Nomor 1 Tahun 2024, Mentan Pastikan Pupuk Subsidi Tepat Sasaran

Whats New
Resmi Kuasai 100 Persen Saham Bank Commonwealth, OCBC NISP Targetkan Proses Merger Selesai Tahun Ini

Resmi Kuasai 100 Persen Saham Bank Commonwealth, OCBC NISP Targetkan Proses Merger Selesai Tahun Ini

Whats New
Sucor Sekuritas Ajak Masyarakat Belajar Investasi lewat Kompetisi 'Trading'

Sucor Sekuritas Ajak Masyarakat Belajar Investasi lewat Kompetisi "Trading"

Earn Smart
Kunker di Jateng, Plt Sekjen Kementan Dukung Optimalisasi Lahan Tadah Hujan lewat Pompanisasi

Kunker di Jateng, Plt Sekjen Kementan Dukung Optimalisasi Lahan Tadah Hujan lewat Pompanisasi

Whats New
Sudah Masuk Musim Panen Raya, Impor Beras Tetap Jalan?

Sudah Masuk Musim Panen Raya, Impor Beras Tetap Jalan?

Whats New
Bank Sentral Eropa Bakal Pangkas Suku Bunga, Apa Pertimbangannya?

Bank Sentral Eropa Bakal Pangkas Suku Bunga, Apa Pertimbangannya?

Whats New
Pasokan Gas Alami 'Natural Decline', Ini Strategi PGN Jaga Distribusi

Pasokan Gas Alami "Natural Decline", Ini Strategi PGN Jaga Distribusi

Whats New
BTN Pastikan Dana Nasabah Tidak Hilang

BTN Pastikan Dana Nasabah Tidak Hilang

Whats New
Kartu Prakerja Gelombang 67 Resmi Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Kartu Prakerja Gelombang 67 Resmi Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Work Smart
Peringati Hari Buruh, SP PLN Soroti soal Keselamatan Kerja hingga Transisi Energi

Peringati Hari Buruh, SP PLN Soroti soal Keselamatan Kerja hingga Transisi Energi

Whats New
Cara Pasang Listrik Baru melalui PLN Mobile

Cara Pasang Listrik Baru melalui PLN Mobile

Work Smart
Bicara soal Pengganti Pertalite, Luhut Sebut Sedang Hitung Subsidi untuk BBM Bioetanol

Bicara soal Pengganti Pertalite, Luhut Sebut Sedang Hitung Subsidi untuk BBM Bioetanol

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com