Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Solar Kritis, Kegiatan Dagang Merosot

Kompas.com - 27/04/2013, 09:48 WIB

BREBES, KOMPAS.com - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono masih ragu menaikkan harga solar bersubsidi. Namun, sopir truk yang biasa melintasi jalur pantura mengupayakan BBM bersubsidi dengan berbagai cara, termasuk menyogok petugas SPBU dan membekali dengan jeriken.

Persediaan bahan bakar jenis solar di sejumlah stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU)—dari Gresik, Jawa Timur, sampai Brebes, Jawa Tengah— masih tersendat. Kondisi solar yang langka ini membuat aktivitas perdagangan di sejumlah pasar berkurang. Biaya distribusi pun meningkat.

Berdasarkan pengamatan Kompas mulai dari Gresik hingga Brebes, Kamis (25/4/2013) hingga Jumat, sejumlah SPBU memasang pengumuman solar habis, atau solar dalam perjalanan, atau hanya tersedia Pertamina Dex.

Kalaupun di SPBU ada solar, volume pengisian dibatasi maksimal 50 liter atau dengan nilai pembelian Rp 100.000-Rp 250.000. Namun, kalau ingin solar lebih dari batasan, sopir truk harus memberikan tip Rp 10.000 kepada petugas SPBU.

”Saya minta dipenuhi tadi, saya beri tambahan sepuluh ribu rupiah,” kata Agus Winaryo, pengemudi dari PT Varia Usaha.

Belum lancarnya pasokan solar di jalur pantura membuat sejumlah sopir meliburkan diri atau memasukkan truk ke garasi perusahaan. ”Kami tunggu kondisi normal daripada malah terhenti di jalan karena tidak kebagian solar,” kata Choiri, warga Gresik, sopir PT Baja Menara Inti yang berpusat di Margomulyo Indah, Surabaya.

Armada truk yang beroperasi tidak jarang harus antre dan menunggu di SPBU. Sejumlah pengendara juga menyiasatinya dengan membawa jeriken. Selain antre truk, mereka juga antre jeriken. Mereka membawa dua sampai lima jeriken, masing-masing berukuran 20 liter. Langkah itu untuk mengantisipasi jika di SPBU tidak mendapatkan solar.

Pemerintah Kabupaten Kebumen melarang semua pengelola SPBU di wilayah tersebut menjual solar bersubsidi kepada pedagang eceran. Pembelian diprioritaskan untuk kebutuhan sektor produksi, seperti transportasi, perikanan, dan pertanian.

Di Banyuwangi, Jawa Timur, antrean pembelian solar bersubsidi di sejumlah SPBU mulai berkurang pada hari Jumat karena Pertamina menambah pasokan solar. Pasokan yang dua pekan lalu dibatasi 16 kiloliter, dua hari terakhir ini naik menjadi 24 kiloliter. Hari Jumat kemarin, pasokan ditambah menjadi 36 kiloliter.

Perdagangan terganggu

Kelangkaan dan pembatasan solar berdampak pada keterlambatan pengiriman barang dan berkurangnya distribusi semen.

Direktur Operasional PT Varia Usaha Mufti Arimurti menyebutkan, armada yang beroperasi turun dari 12 rit per bulan menjadi 6 rit per bulan. Dari sisi bisnis, ini merugikan dan sudah dirasakan sejak Februari. ”Dipaksakan memakai Pertamina Dex akan merugi Rp 1,4 miliar,” kata Mufti.

Kegiatan perdagangan di pasar tradisional pun menurun akibat kelangkaan solar, seperti terlihat di Pasar Legi, Solo. Jumlah pembeli menurun, sedangkan harga sejumlah komoditas naik.

”Pasar sepi pembeli. Mereka kesulitan belanja ke pasar karena angkutan umum sulit. Pembeli yang biasanya membawa sayuran dengan bus atau angkutan umum, sebagian membawanya dengan sepeda motor sehingga harus mengurangi pembelian. Kalau biasanya belanja sayur 2 kuintal, sekarang 50 kg supaya bisa dibawa dengan sepeda motor,” kata Wakinem (38), pedagang sayur-mayur.

Pelanggan Wakinem berasal dari sejumlah daerah, seperti Solo, Wonogiri, Sragen, Karanganyar, dan Pacitan. Menurut dia, sejak solar langka, jumlah pembelinya berkurang hampir separuh. Ia pun tidak berani berjualan terlalu banyak. Jika biasanya ia menyetok 2 kuintal untuk setiap jenis sayuran, kini hanya seperempat hingga separuhnya saja.

Tak diterapkan

Sementara itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan, dalam waktu tidak lama lagi, pemerintah akan mengambil keputusan mengenai langkah pengurangan subsidi BBM. Jika memiliki risiko besar, sistem dua harga tidak akan dipilih.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sasar Milenial, MSIG Life dan Bank BJB Luncurkan Asuransi Jiwa Smile Life Extra Plus

Sasar Milenial, MSIG Life dan Bank BJB Luncurkan Asuransi Jiwa Smile Life Extra Plus

Whats New
Dukung Pengembangan SDM, IWIP-WBN Buka Program Beasiswa untuk Mahasiswa dan Mahasiswi di Halteng dan Haltim

Dukung Pengembangan SDM, IWIP-WBN Buka Program Beasiswa untuk Mahasiswa dan Mahasiswi di Halteng dan Haltim

Whats New
Renovasi hingga Buka Toko Baru, Supra Boga Lestari Siapkan Capex Rp 49,5 Miliar

Renovasi hingga Buka Toko Baru, Supra Boga Lestari Siapkan Capex Rp 49,5 Miliar

Whats New
'Multiplier Effect' Gaji ke-13 PNS, TNI-Polri, dan Pensiunan

"Multiplier Effect" Gaji ke-13 PNS, TNI-Polri, dan Pensiunan

Whats New
Aturan Impor Direvisi, Dunia Usaha: Terima Kasih Pemerintah...

Aturan Impor Direvisi, Dunia Usaha: Terima Kasih Pemerintah...

Whats New
Malaysia Mulai Pangkas Subsidi Solar, Hemat Rp 12,7 Triliun Setahun

Malaysia Mulai Pangkas Subsidi Solar, Hemat Rp 12,7 Triliun Setahun

Whats New
63 Persen Gen Z Sebut Lebih Penting Bawa Smartphone Ketimbang Dompet, Berikut Alasannya

63 Persen Gen Z Sebut Lebih Penting Bawa Smartphone Ketimbang Dompet, Berikut Alasannya

BrandzView
Harga Bitcoin Intip Level Tertinggi Sepanjang Sejarah

Harga Bitcoin Intip Level Tertinggi Sepanjang Sejarah

Whats New
Emiten Ritel RANC Absen Bagi Dividen, Ini Sebabnya

Emiten Ritel RANC Absen Bagi Dividen, Ini Sebabnya

Whats New
Dukung Ekosistem Urban Terintegrasi, Bank Mandiri Perkuat Kemitraan dengan Lippo Group

Dukung Ekosistem Urban Terintegrasi, Bank Mandiri Perkuat Kemitraan dengan Lippo Group

Whats New
OJK: Proses Merger Bank MNC dan Nobu Masih Lanjut, Saat Ini Tahap 'Cross Ownership'

OJK: Proses Merger Bank MNC dan Nobu Masih Lanjut, Saat Ini Tahap "Cross Ownership"

Whats New
Kondisi Perekonomian Global Membaik, BI Pertahankan Suku Bunga Acuan 6,25 Persen

Kondisi Perekonomian Global Membaik, BI Pertahankan Suku Bunga Acuan 6,25 Persen

Whats New
Indonesia Mampu Menghasilkan Karet Lebih Besar daripada Amerika Serikat

Indonesia Mampu Menghasilkan Karet Lebih Besar daripada Amerika Serikat

Whats New
Citi Indonesia Cetak Laba Bersih Rp 665,9 Miliar pada Kuartal I-2024

Citi Indonesia Cetak Laba Bersih Rp 665,9 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Perkebunan Karet Besar di Indonesia Banyak Dijumpai di Mana?

Perkebunan Karet Besar di Indonesia Banyak Dijumpai di Mana?

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com