Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pertumbuhan Bisa Terhambat

Kompas.com - 03/05/2013, 03:12 WIB

JAKARTA, KOMPAS - Pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam beberapa tahun ke depan berpotensi terhambat oleh kurangnya tenaga kerja yang memenuhi kualifikasi. Oleh karena itu, pelaku usaha harus menjaga momentum dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

Demikian benang merah yang muncul dalam acara CEO Round Table Discussion yang diadakan majalah Fortune Indonesia, Kamis (2/5), di Jakarta. Dalam acara itu juga diberikan penghargaan Fortune Indonesia Most Admired Companies 2013 di mana PT Astra International Tbk menduduki peringkat pertama.

Menurut Managing Director Hay Group Indonesia Sylvano Damanik, salah satu masalah yang akan menghambat laju pertumbuhan ekonomi Indonesia pada masa mendatang adalah kurangnya tenaga kerja yang memenuhi kualifikasi. Dengan pertumbuhan ekonomi sekitar 6 persen per tahun, pelbagai sektor usaha di negara ini membutuhkan tenaga kerja dalam jumlah banyak.

”Jumlah lulusan perguruan tinggi kita hanya sekitar 600.000 orang per tahun. Sementara industri perbankan kita saja membutuhkan tenaga kerja baru sekitar 250.000 orang setiap tahun untuk mengejar pertumbuhannya,” kata Sylvano.

Berdasarkan riset McKinsey Global Institute, Indonesia memiliki peluang menjadi negara dengan perekonomian terbesar ke-7 di dunia pada 2030. Pada tahun itu, konsumsi di Indonesia akan meningkat pesat seiring pertumbuhan kelas menengah menjadi sekitar 135 juta orang. Sementara dengan asumsi pertumbuhan 5-6 persen per tahun, Indonesia membutuhkan 152 juta tenaga kerja pada 2030, meningkat 43 juta orang dibandingkan dengan tahun lalu (Kompas, 14/11/2012).

Sayangnya, menurut Chief Executive Officer Kompas Gramedia Agung Adiprasetyo, kualitas sumber daya manusia (SDM) di Indonesia belum siap untuk mendukung pertumbuhan ekonomi itu. ”Ujian nasional SMA tahun ini diikuti 2,2 juta murid. Sementara jumlah murid SD yang ikut ujian nasional itu sekitar 5,6 juta orang. Jadi, dalam setahun ada sekitar 3 juta anak yang hilang, tidak melanjutkan pendidikan,” ungkapnya.

Agung mengingatkan, apabila Indonesia ingin memanfaatkan momentum pertumbuhan ekonomi yang ada, peningkatan kualitas SDM harus menjadi prioritas.

Menurut Sylvano, peningkatan kualitas SDM itu harus diarahkan pada munculnya inovasi-inovasi baru.

Untuk mencapai fokus itu, ia menyatakan, ada sejumlah syarat yang dipenuhi. Pertama, perusahaan harus fleksibel dalam menghadapi perubahan. Kedua, perusahaan tidak perlu berambisi menghasilkan inovasi yang besar, tetapi cukup mencari inovasi sederhana. Ketiga, beri kesempatan kepada para pekerja berusia muda untuk memimpin meski mereka belum memiliki otoritas untuk itu.

Presiden Direktur PT Astra International Tbk Prijono Sugiarto mengatakan, inovasi sangat bermanfaat bagi perusahaan. Untuk mengembangkan budaya inovasi di kalangan karyawan, Astra menggelar lomba tahunan bertajuk ”InnovAstra”. ”Banyak yang kami dapat dari lomba itu, salah satunya kami bisa melakukan efisiensi,” tuturnya.

Secara terpisah, Ketua Pengurus Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) FX Sri Martono mengatakan, YDBA telah membina 7.842 usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Pelaku UMKM binaan YDBA terdiri dari subkontraktor terkait rantai nilai bisnis Astra, manufaktur yang tidak terkait bisnis Astra, bengkel, perajin, dan petani.

Sementara itu, pada tahun 2012, PT Trans Retail Indonesia mulai terlibat dalam pengembangan UMKM dengan program pembinaan dan pendampingan 300 UMKM di Jakarta, Bandung, dan Surabaya. Tahun ini, program tersebut akan dilanjutkan dengan target mendampingi 400 UMKM di empat kota, yaitu di Medan, Palembang, Yogyakarta, dan Makassar. (K02/CAS/EGI)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com