Proyeksinya akan ada pelabuhan yang akan melayani ekspor atau perdagangan CPO antarpulau, meliputi Pontianak, Banjarmasin, dan Sangata atau Maloy.
Pelabuhan itu saja mungkin belum cukup terutama karena banyak kebun berada di tengah Pulau Kalimantan, jauh dari pelabuhan.
Hal inilah yang menjadikan PLB Badau strategis. ”Posisinya di tengah pulau memungkinkan Badau menjadi jalan keluar bagi produksi CPO dan produk lain. Saat ini, Badau masih berstatus PLB, tetapi diproyeksikan menjadi pelabuhan-ekspor-darat,” ujarnya.
Bayu juga berharap, ke depan PLB Badau tidak saja menjadi pintu ekspor bagi produk CPO Kalimantan, tetapi juga produk-produk hilir sawit. Badau juga akan menjadi pendukung utama Bea dan Cukai Pontianak.
Dibukanya ekspor CPO melalui Badau ke Sarawak diharapkan berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat di Kapuas Hulu, khususnya Nanga Badau. PT Paramitra selain membuka perkebunan sawit di Kapuas Hulu, juga membangun pabrik di sana.
Di luar soal hilirisasi, pengembangan sawit dalam kerangka sawit lestari Indonesia juga terus berjalan.