Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hilirisasi Menuai Hasil

Kompas.com - 13/05/2013, 03:47 WIB

Jakarta, Kompas - Ekspor produk-produk hilir kelapa sawit terus tumbuh. Jika pada 2011 ekspor sawit Indonesia masih didominasi produk hulu seperti CPO yang sebesar 61 persen dari total ekspor nasional, pada 2013 atau dalam tiga tahun ini kondisi sebaliknya terjadi.

Ekspor produk-produk hilir mendominasi dengan kontribusi hingga 57,9 persen.

Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi menyampaikan hal itu, Minggu (12/5), di Jakarta. Sebelumnya, Bayu berkunjung ke Badau, Kalimantan, dalam rangka meresmikan ekspor perdana CPO produksi PT Paramitra Internusa Pratama melalui Pos Lintas Batas (PLB) Badau ke Sarawak, Malaysia timur.

Menurut Bayu, meningkatnya volume ekspor produk-produk hilir sawit sebagai dampak positif dari kebijakan bea keluar yang memberi insentif pengembangan produk hilir. Produk hilir sawit Indonesia yang sekarang diekspor dalam bentuk minyak refined bleached deodorized (RBD), minyak biji sawit RBD, dan stearin.

Naiknya porsi produk hilir dalam total ekspor produk sawit memberi manfaat pada peningkatan nilai tambah dan daya saing produk sawit Indonesia.

Terkait pasar, Bayu mengatakan, pihaknya tidak khawatir karena hilirisasi didorong permintaan pasar.

Selain hilirisasi sawit yang mulai membawa hasil, produksi CPO Kalimantan juga terus tumbuh. Pada 2010 produksi CPO Kalimantan baru 900.000 ton, 2011 (2,3 juta ton), 2012 (3,4 juta ton), dan 2013 diperkirakan bakal menembus 4,5 juta ton.

Pertumbuhan produksi CPO di Kalimantan ini tidak berlangsung secara mendadak. ”Ini hasil upaya lima sampai sepuluh tahun lalu. Dan memang Kalimantan yang punya potensi besar. Berikutnya tampaknya Sulawesi yang akan berkembang,” katanya. Meningkatnya produksi CPO Kalimantan karena saat ini perkebunan-perkebunan di sana mulai memasuki umur tanaman menghasilkan.

”Produksi CPO Sumatera pada tahun 2013 diperkirakan sebesar 17,5-18 juta ton, sebagian dengan tanaman tua. Dengan pertumbuhan produksi CPO sedemikian cepat, produksi CPO Kalimantan akan bisa melewati Sumatera pada tahun 2020,” kata Bayu optimistis.

Meski begitu, pesatnya pertumbuhan produksi CPO di Kalimantan menimbulkan masalah baru yang harus diantisipasi, yaitu terkait outlet. ”Bagaimana cara menyalurkan produksi CPO yang besar itu keluar?” tanyanya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com