Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nilai Tambah dengan Kopi Arabika

Kompas.com - 20/05/2013, 07:24 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Agar petani kopi bisa mendapat nilai tambah lebih besar dari produksi tanaman, maka dianjurkan agar mentransformasi dari tanaman kopi robusta ke arabika. Selain harganya tiga kali lebih mahal, arabika disukai pasar dan para penikmat kopi khusus.

Jika sebelum ini produksi kopi arabika hanya 10 persen dari produksi nasional sekitar 680.000 ton, kini sudah mencapai 15 persen. Idealnya produksi nasional kopi arabika harus 30 persen.

Hal ini diungkapkan Yusianto, peneliti pada Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (Puslit Koka) Indonesia pada sarasehan ”Prospek Agribisnis Kopi Arabika” di Fakultas Pertanian Universitas Jember, Jawa Timur, Sabtu (18/5/2013). ”Kini sudah banyak petani beralih dari tanaman kopi robusta ke arabika,” kata Yusianto.

Selama ini kopi arabika dikenal dengan tanaman di dataran dengan ketinggian lebih dari 1.000 meter dari permukaan laut. Kini sudah bisa di dataran sedang dengan ketinggian 700 meter.

Untuk mentransformasi dari tanaman kopi varietas robusta ke arabika, kata Yusianto, tidak perlu mengganti pohon, tetapi dilakukan dengan cara sambung pucuk. Artinya, menyambung tunas air pada batang robusta dengan pucuk jenis arabika.

Awalnya tahun 1696, kopi arabika pertama di Nusantara ditanam di dataran rendah di Betawi. ”Bagi petani kopi di ketinggian sedang yang ingin mengganti klon (varietas) robusta jadi arabika, di Puslit Kopi dan Kakao tersedia benih dengan berbagai klon yang dibutuhkan,” kata Yusianto.

H Misbachul Khoiri Ali, Ketua Asosiasi Petani Kopi Indonesia Jember, mengatakan, petani kopi rakyat masih mengolah hasil budidaya secara asalan. Hanya sebagian kecil yang sudah mengolah kopi secara basah.

”Sekarang ada sekitar 500 hektar tanaman kopi robusta diubah menjadi arabika. Tahun depan akan ada bantuan bibit dari pemerintah provinsi mengganti 500 hektar robusta jadi arabika,” kata Misbachul Khoiri Ali.

Sementara itu, pengusaha Oesman Sapta Odang, di Jakarta, Jumat malam, di sela menjadi juri pada final pemilihan Miss Coffee 2013, menegaskan, Indonesia harus lebih meningkatkan citra dan pemasaran kopi. Produk kopi Indonesia beragam, dan Indonesia termasuk salah satu produsen kopi besar dunia. Dengan modal itu, harusnya kopi Indonesia bisa menguasai pasar.

Pengusaha Oesman Sapta Odang mengatakan itu, Jumat (17/5/2013), di Jakarta, di sela menjadi juri pada malam final pemilihan Miss Coffee 2013. Terpilih sebagai Miss Coffee Indonesia 2013 adalah Elizabeth Priscillia, wakil dari Provinsi Sumatera Utara.

Oesman mengingatkan jangan sampai semua kopi dari negara lain masuk ke Indonesia. ”Kita juga harus meningkatkan pemasaran agar kopi kita berperan,” katanya.

Pertumbuhan ekspor kopi rata-rata mencapai 10,5 persen per tahun.

Total kontribusi kopi untuk ekspor nonmigas pada 2012 naik 20,5 persen dari tahun sebelumnya menjadi 1,2 miliar dollar AS. (MAS/SIR)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Spend Smart
Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Whats New
Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Whats New
Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Whats New
Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi 'Feeder' bagi Malaysia dan Singapura

Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi "Feeder" bagi Malaysia dan Singapura

Whats New
Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Whats New
Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Whats New
Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Whats New
Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Whats New
Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada  Kuartal I 2024

Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada Kuartal I 2024

Whats New
Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Work Smart
Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

Whats New
Indonesia dan Arab Saudi Sepakat Menambah Rute Penerbangan Baru

Indonesia dan Arab Saudi Sepakat Menambah Rute Penerbangan Baru

Whats New
BJBR Bukukan Laba Rp 453 Miliar pada Kuartal I 2024

BJBR Bukukan Laba Rp 453 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di RI, Luhut: Tidak Akan Menyesal

Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di RI, Luhut: Tidak Akan Menyesal

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com