Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Konversi Bisa Tingkatkan Pasar Perbankan Syariah

Kompas.com - 25/05/2013, 20:43 WIB
Josephus Primus

Penulis

KOMPAS.com - Konversi satu dari bank pemerintah menjadi bank syariah bisa meningkatkan pasar perbankan syariah di Tanah Air. Direktur Utama Bank Syariah Bukopin (BSB) Riyanto mengemukakan pandangannya saat pembukaan Kantor Cabang Pembantu Bisnis Area V BSB di kawasan Bumi Serpong Damai (BSD), Tangerang Selatan pada Rabu (22/5/2013). "Penguasaan perbankan syariah bisa mencapai tujuh persen kalau ada konversi,"katanya.

Menurut catatan Riyanto, sampai kini, total penguasaan pasar perbankan syariah dari total pasar perbankan nasional berada di posisi 4,7 persen. Lalu, total aset perbankan syariah sekarang mencapai Rp 200 triliun. "Jadi sebetulnya, pasar perbankan syariah masih sangat besar di Indonesia," imbuhnya.

Riyanto menerangkan tantangan terbesar bagi perbankan syariah di Indonesia adalah soal edukasi. Pada bagian ini, perbankan syariah masih memerlukan begitu banyak penetrasi dari pelaku pasar. "Kalau makin banyak yang masuk di bisnis perbankan syariah, posisi perbankan syariah pun makin kuat,"tuturnya.

Berbicara soal penetrasi perbankan syariah, Riyanto mengatakan kalau pihaknya juga terus berupaya untuk memperluas pelayanan. Dalam kesempatan itu, BSB meneken perjanjian kerja sama pembayaran tagihan air bersih dengan PT Aetra Air Tangerang. "Di kawasan ini, kami mematok target titik impas investasi kantor cabang di bawah tujuh bulan,"katanya.

Dalam catatan Riyanto kemudian sejak berdiri pada 2007, aset BSB berkembang dari Rp 460 miliar menjadi Rp 3,8 triliun sampai dengan pertengahan 2013. Lalu, pembiayaan pun menanjak dari Rp 300 miliar mencapai Rp 2,7 triliun selama kurun waktu 2007-2013. "Kebanyakan pembiayaan kami untuk pembelian kendaraan bermotor,"terangnya.

Data yang disampaikan Riyanto juga menunjukkan kalau BSB sudah memunyai 95 gerai. Dari jumlah itu, 73 di antaranya dilayani oleh Bank Bukopin. Sampai dengan akhir 2013, BSB akan membuka cabang baru di Yogyakarta, Semarang, Malang, dan Pekanbaru.

Opsi

Sementara itu, terkait konversi tadi, sejatinya, menurut data-data terkumpul ada dua opsi yang sempat mengemuka terkait eksistensi bank pemerintah berbasis syariah. Opsi pertama adalah menggabungkan seluruh bank pemerintah tersebut yakni Bank Syariah Mandiri, Bank BRI Syariah, BNI Syariah, dan Unit Usaha Syariah BTN. Andai opsi itu terwujud, total pangsa pasar bank baru itu mencapai 44,5 persen dari seluruh pasar perbankan syariah di Indonesia.

Sampai dengan akhir 2012, aset keempat bank itu besarnya Rp 86,78 triliun. Lalu, penggabungan keempatnya membuat modal inti mencapai angka Rp 7,1 triliun. Merger itu membuat bank syariah baru milik pemerintah berada dalam klasifikasi Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) kategori III.

Selanjutnya, opsi berikutnya adalah konversi salah satu bank milik pemerintah menjadi bank syariah. Pilihan ini dianggap lebih mampu memperbesar pasar perbankan syariah di Nusantara. Soalnya, masih begitu banyak potensi pembiayaan di bisnis perbankan syariah mulai dari properti hingga konsumer dan sebagainya. "Jadi, saya tekankan lagi, apa pun inti bisnisnya, potensi pasar perbankan syariah tetap masih besar dan hal itu menjadi tantangan bagi perbankan syariah milik pemerintah maupun swasta,"demikian Direktur Utama Bank Syariah Bukopin Riyanto.   

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Work Smart
Viral Mainan 'Influencer' Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Viral Mainan "Influencer" Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com