Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Dicecar Soal Perlambatan Ekonomi

Kompas.com - 28/05/2013, 16:11 WIB
Didik Purwanto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Anggota Komisi XI dari Fraksi Partai Golkar Melchias Markus Mekeng menilai pemerintah kurang berusaha untuk menjaga pertumbuhan perekonomian negara, sehingga pertumbuhan ekonomi nasional mengalami perlambatan dari semula 6,8 persen menjadi 6,5 persen, dan kini menjadi 6,2 persen.

"Saya rasa pemerintah ini tidak konsisten, mengapa pertumbuhan ekonomi kita malah diturunkan. Apalagi ini hanya karena alasan anggaran subsidi bahan bakar minyak (BBM) yang jebol," kata Melchias saat rapat kerja di Komisi XI DPR Jakarta, Selasa (28/5/2013).

Melchi menganggap bahwa alasan pemerintah menurunkan target pertumbuhan perekonomian Indonesia dinilai tidak realistis. Seharusnya, bila pemerintah semula menargetkan pertumbuhan ekonomi 6,8 persen, seharusnya perlambatan tidak terlalu jauh, yaitu menjadi hanya 6,5 persen, bukan 6,2 persen.

"Berarti ekonomi kita jelek. Pemerintah dianggap tidak konsisten karena sebelumnya gembar gembor soal ekonomi kita baik, masyarakat sejahtera, bahkan menjadi salah satu yang terbaik di Asia," tambahnya.

Menanggapi pernyataan tersebut, Menteri Keuangan Chatib Basri menjawab bahwa target pertumbuhan perekonomian ini disebabkan karena pengaruh krisis global yang belum pulih. Di dalam negeri, ekspor hingga penerimaan pajak juga belum membaik.

"Kalau kami datang dengan target tidak realistis, maka akan menimbulkan persepsi bahwa pemerintah tidak bisa memegang kendali perekonomian. Jadi kami datang dengan angka yang sudah kredibel," tambahnya.

Chatib masih mempertahankan target pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun ini hanya akan mencapai 6,2 persen sepanjang tahun. Sebab, meski targetnya di level itu, angka riilnya hanya sebesar 6,02 persen. "Untuk bisa mengejar 6,2 persen saja perlu usaha keras. Ini yang paling masuk akal. Padahal angka riilnya 6,02 persen. Jadi kita perlu usaha keras," tambahnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com