Jakarta, Kompas
Di pasar modal, pada perdagangan Jumat (7/6), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup anjlok 135.90 poin atau sekitar 2,72 persen ke tingkat 4.865,32 dengan jumlah transaksi sebanyak 9,2 juta lot atau setara dengan Rp 7,7 triliun. Investor asing melepas saham-saham mereka dengan catatan penjualan bersih di pasar reguler sebesar Rp 1,763 triliun. Total pembelian bersih mereka di Bursa Efek Indonesia sejak awal tahun menjadi Rp 14,03 triliun.
Di pasar uang, rupiah, dengan penjagaan ketat Bank Indonesia (BI), mampu menguat tipis pada akhir pekan. Menurut kurs referensi BI, rupiah berada di tingkat Rp 9.790 per dollar AS. Rupiah menguat 21 poin dari posisi per tanggal 3 Juni 2013 di tingkat Rp 9.811. Menurut kurs tengah Bloomberg, rupiah ada di tingkat Rp 9.805 per dollar AS. Itu berarti rupiah sepekan kemarin melemah 0,7 persen atau turun 1,7 persen sejak awal tahun ini.
Kepala Ekonom Bank Mandiri Destry Damayanti, di Jakarta, Minggu (9/6), menyatakan, IHSG mengalami pekan terburuk sejak September 2011 pekan lalu. Secara mingguan, IHSG melemah 4 persen. Namun, secara tahunan IHSG masih menguat sekitar 12,7 persen. Itu berarti IHSG masih mencatat kinerja terbaik keempat secara global di bawah kinerja bursa saham Jepang, Amerika Serikat, dan Filipina.
Destry menyatakan imbal hasil (yield) surat utang negara (SUN) 10 tahun naik menjadi 6,3 persen. Kenaikannya 27,7 basis poin pekan ini dan bulan ini atau 106,8 basis poin sejak awal tahun ini. Sejak awal bulan ini, posisi dana investor asing di SUN keluar Rp 2,9 triliun. Meski demikian, investor asing tercatat masih memasukkan dananya di SUN sejak awal tahun senilai Rp 29,5 triliun. Mereka menguasai sekitar 33,4 persen atau Rp 300,05 triliun dari total SUN.
Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada menyatakan, hampir dua pekan terakhir investor asing melakukan aksi jual investasi. Meski demikian, tekanan jual tidak hanya melanda saham unggulan, tetapi dapat dilihat juga terjadi pada saham lapis kedua dan ketiga. ”Dari eksternal, kekhawatiran akan penghentian stimulus masih menjadi fokus investor global. Kamis pekan lalu, ECB (Bank Sentral Eropa) tidak mengumumkan adanya tambahan stimulus sehingga membuat bursa Eropa koreksi lebih dari 1 persen,” kata Reza.
Namun, pada akhir pekan kemarin, indeks saham di Wall Street melonjak dengan rata-rata lebih dari 1 persen menyusul bertambahnya tenaga kerja baru pada Mei. Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan penambahan 175.000 tenaga kerja sepanjang Mei 2013. Angka ini lebih baik dari perkiraan dan juga bulan sebelumnya.
Reza memperkirakan, IHSG pekan ini berada di rentang dukungan 4.737-4.812 dan resisten 4.992-5.115. Posisi IHSG dinyatakan masih di posisi kurang nyaman. Pelaku pasar pun kemungkinan panik sehingga apabila tidak adanya sentimen positif di pekan depan akan membuat koreksi berlanjut.
Namun, diharapkan laju koreksi ini dapat tertahan mengingat posisi IHSG sudah jenuh jual sehingga ada kemungkinan juga berbalik arah menguat. Saham-saham di sektor industri dasar, konsumer, keuangan, dan manufaktur menentukan pergerakan IHSG pekan ini.