Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anak-anak NTT Keluhkan Sulitnya Dapat Akta Kelahiran

Kompas.com - 24/07/2013, 09:59 WIB
Kontributor Timor Barat, Sigiranus Marutho Bere

Penulis


KUPANG, KOMPAS.com — Sejumlah anak di Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) dan Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur (NTT), mengeluhkan sulitnya memperoleh akta kelahiran.

Hal tersebut disampaikan Dominika Kuruniaty Talan, (15), siswi SMA Negeri Taekas, Kecamatan Miomafo Timur, Kabupaten TTU, saat mengikuti kegiatan Temu Anak dengan Gubernur NTT dan DPRD Provinsi NTT dalam rangka memperingati Hari Anak Nasional di Kolbano Room Hotel Kristal, Kupang, Selasa (23/7/2013).  Acara ini dihadiri 40 anak dari Kabupaten TTU dan 20 anak dari Kabupaten TTS.

"Kami di TTU kalau mengurus akta kelahiran sangat mahal karena harus mengeluarkan biaya ojek dan angkot pulang pergi (PP), biaya makan, biaya pengurusan dokumen pendukung lainnya, seperti akta perkawinan orangtua yang belum BS sehingga kalau dihitung semuanya bisa mencapai ratusan ribu rupiah," ungkap Dominika.

Selain biaya pengurusan yang mahal, lanjut Dominika, para orangtua dan anak-anak yang tinggal di desa kebanyakan masih kurang mendapat informasi tentang pengurusan akta kelahiran.

Dia berharap, pemerintah bisa membantu mencarikan solusi yang tepat bagi mereka yang tinggal dan menetap di desa agar pengurusan akta kelahiran bisa terpenuhi dengan biaya yang terjangkau.

Terkait dengan keluhan itu, Gubernur NTT yang diwakili Asisten I Gubernur, Yohana Elisa P, mengatakan, untuk daerah terpencil, ada strategi baru, yakni membentuk UPTD, tetapi kewenangannya ada di kabupaten masing-masing.

"Kita akan lakukan koordinasi dengan pemerintah kabupaten dengan membuat program khusus agar semua anak bisa memiliki akta kelahiran dengan biaya terjangkau," kata Yohana.

Sementara itu, anggota Komisi A DPRD NTT, Gusty Beribe, memberikan motivasi anak TTU dan TTS serta Forum Anak Provinsi untuk tetap bersemangat dan percaya diri menjadi warga negara Indonesia.

"Kehadiran dan peran anak-anak dapat menyadarkan setiap orang untuk bekerja sesuai porsinya," jelasnya.

Diskusi yang berlangsung selama empat jam ini merupakan salah satu rangkaian aktivitas proyek Pencatatan Kelahiran Universal yang dilakukan oleh Plan Indonesia Program Unit Kefamenanu dengan dukungan dana dari Uni Eropa.

Di tempat yang sama, Universal Birth Registration Supervisor Plan Indonesia PU Kefamenanu, Tirza Claudia, mengatakan, melalui forum ini, anak-anak diberi kesempatan untuk berbagi keprihatinan dan kebutuhan mereka serta kualitas pelayanan sosial melalui konsultasi dengan para pemangku kewajiban, baik di tingkat kabupaten maupun provinsi.

"Ini kesempatan yang baik buat anak-anak, khususnya yang berada di daerah terpencil agar bisa memberitahukan keluhan terkait pembuatan akta kelahiran kepada pemerintah dan DPRD provinsi," kata Tirza.

Usai acara dengar pendapat dengan pejabat provinsi NTT, wakil anak TTU dan TTS kemudian bergabung dengan 50 orang lainnya, yang merupakan gabungan dari LPA dan Forum Anak Provinsi di kantor Gubernur.

Mereka kemudian menyebar pada dua titik di Kota Kupang, Polda NTT, dan sekitar kantor gubernur untuk membagikan stiker Pencatatan Kelahiran Universal serta stiker anti-pornografi kepada para pengguna jalan yang berhenti pada lampu merah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Work Smart
Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Spend Smart
Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com