Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Realisasi Kebijakan Pemerintah Lemah

Kompas.com - 27/11/2013, 10:23 WIB

”Sampai akhir tahun, BI pasti akan menjaga kurs rupiah supaya kondisi ekonomi tetap bagus saat tutup buku. Demikian juga perbankan, akan tetap menjaga suku bunga sesuai permintaan nasabah supaya bisa menutup buku dengan baik,” kata Ryan.

Jaga sektor riil

Menteri Perindustrian MS Hidayat dalam Musyawarah Nasional Real Estat Indonesia 2013, di Jakarta, Selasa (26/11), menegaskan, kinerja sektor riil harus dijaga tetap tumbuh di tengah kondisi ekonomi yang mulai mengalami pengetatan likuiditas. Keseimbangan sektor riil diperlukan sebagai penggerak tenaga kerja dan penopang pertumbuhan ekonomi nasional.

”Saya pastikan sektor riil tidak akan unbalanced (tak seimbang) yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi jadi rendah di bawah 6 persen dan pertumbuhan bisnis berkurang. Apabila (ketidakseimbangan) itu terjadi, akan terjadi pengangguran sehingga situasi ekonomi kita bertambah sulit,” ujarnya.

Kondisi ekonomi nasional tengah memasuki era pengetatan uang dan likuiditas (tight money policy) untuk mengantisipasi pelemahan ekonomi global terkait kebijakan Bank Sentral AS, The Federal Reserve, untuk pengurangan stimulus moneter dan kenaikan suku bunga Fed Rate pada tahun 2014.

Ia menambahkan, kalangan perbankan telah menyampaikan bahwa pelaku usaha perlu mengantisipasi pengetatan likuiditas. Sejumlah proses kredit akan dikaji ulang. Namun, pengetatan likuiditas jangan sampai menyebabkan sektor riil tidak tumbuh. Perusahaan yang tidak tumbuh cenderung akan mengurangi tekanan biaya dengan pemutusan hubungan kerja.

Tahun 2012, ketika pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 6 persen atau tertinggi di Asia Tenggara dan kedua tertinggi di Asia setelah China, sektor riil terbukti menjadi penopang pertumbuhan.

Pihaknya melihat ada dua sektor unggulan yang harus terus didorong kinerjanya, yakni properti dan otomotif. Kedua sektor ini harus dikawal agar tetap berkembang meskipun pertumbuhannya menurun. Sektor properti memiliki dampak berganda (multiplier effect) yang luar biasa karena menggerakkan 150 subsektor pendukungnya dan memanfaatkan komponen dalam negeri. Selain itu, juga padat modal dan padat karya.

Anggota Komisi XI DPR, Arif Budimanta, di Jakarta, Selasa, menegaskan, rencana pengurangan stimulus moneter AS justru bisa menjadi momentum untuk memperkuat fundamental ekonomi Indonesia. Salah satunya melalui pemanfaatan potensi simpanan domestik yang belum terakomodasi. Pasalnya, selama ini masih banyak pemilik dana yang memilih menyimpan dananya di luar negeri, bukan di perbankan dalam negeri.

Menurut Arif, kebijakan pengetatan moneter yang dilakukan Indonesia ini baik, tetapi juga mengandung risiko yang cukup besar, terutama bagi sektor riil. (HAM/LKT/IDR)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com