Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tujuan Ekspor Lebih Restriktif

Kompas.com - 10/03/2014, 08:29 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Target untuk menekan defisit transaksi perdagangan pada tahun 2014 bisa gagal jika pemerintah salah mengantisipasi dampak peningkatan kebijakan restriktif yang dilakukan negara-negara anggota Organisasi Perdagangan Dunia. Tugas pemerintah makin berat.

Defisit transaksi perdagangan 2014 ditargetkan bisa lebih kecil daripada defisit transaksi perdagangan 2013 sebesar 4,06 miliar dollar AS.

Pekan lalu, Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) mengumumkan hasil pemantauan kebijakan restriktif yang mencapai 407 buah pada 2013, naik signifikan dari tahun 2012 yang hanya 308. Kebijakan restriktif adalah gangguan terhadap perdagangan dunia di luar kategori perdagangan tidak fair dan perdagangan fair yang menimbulkan kerugian di negara tertentu.

Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Tanjungpura, Pontianak, Kalimantan Barat, Eddy Suratman menuturkan, tugas pemerintah makin berat untuk menekan defisit neraca ekspor dan impor 2014.

”Tahun ini, ekspor mineral sudah dipastikan berkurang karena dimulainya kebijakan hilirisasi. Awalnya, saya masih optimistis bahwa pengurangan ekspor itu akan terkompensasi oleh sejumlah faktor lain sehingga defisit bisa ditekan. Namun, munculnya gangguan perdagangan berbentuk kebijakan restriktif itu bisa mengubah kalkulasi pemerintah,” ujar Eddy, Minggu (9/3).

Kebijakan restriktif umumnya diimplementasikan dan digunakan oleh negara-negara untuk melindungi kepentingan ekonomi domestik terlebih dahulu dibandingkan kepentingan perdagangan dunia. Hal ini antara lain berbentuk penerapan standar kesehatan tertentu atau implementasi teknis terhadap produk impor tertentu sehingga produk tersebut sulit masuk ke suatu negara. Contoh penerapan kebijakan restriktif adalah ketentuan bongkar produk impor yang hanya bisa dilakukan di satu pelabuhan saja di suatu negara.

Sementara itu, Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi menjelaskan, pemerintah tetap optimistis masih bisa menekan defisit transaksi perdagangan pada tahun 2014.

”Indonesia merupakan salah satu negara yang akan mengalami dampak dari meningkatnya kebijakan restriktif itu. Namun, dengan pertumbuhan perdagangan dunia tahun 2014 yang diperkirakan bisa mencapai dua kali lipat dibandingkan 2013, pengaruh gangguan perdagangan berbentuk kebijakan restriktif itu terhadap Indonesia tidak akan terlalu besar,” kata Bayu.

Tahun 2013, angka pertumbuhan perdagangan dunia sekitar 2,5 persen. Beberapa lembaga memperkirakan, pertumbuhan perdagangan dunia 2014 bisa mencapai 4,5 persen. (AHA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com