David sendiri memelihara ratusan pasang kecoa. Untuk pakannya bisa diberikan sayur dan pelet. Pemberian pakan cukup dilakukan sekali dalam seminggu. “Biasanya saya kasih pelet satu mangkuk dalam seminggu,” ujarnya.
David bilang, kecoa Madagaskar dapat hidup dengan baik dalam suhu ruangan dan kelembapan indoor. “Budidayanya mudah, asalnya tempatnya jangan sampai berjamur,” ujarnya.
Sementara Mifta bilang, kecoa ini berkembang biak dengan telur. Namun saat keluar dari tubuh sudah berbentuk anak. “Kalau keluar kayak telur, anakannya akan gagal,” tuturnya.
Ia mengatakan kecoa Madagaskar merupakan jenis hewan omnivora atau pemakan segala. Namun, Mifta hanya memberikan sayur-sayuran, buah dan pelet. Dalam sebulan, ia mengaku hanya menghabiskan biaya buat pakan sebesar Rp 20.000 –Rp 50.000. “Saya biasanya ambil sisa sayur di pasar dan buah pisang,” ujar Mifta yang kini menangkarkan ratusan kecoa.
Selama penangkaran, Mifta memisahkan antara kecoa muda, kecoa produktif dan kecoak tua. “Saya pisahkan biar lebih mudah memilihnya jika ada pesanan yang datang,” paparnya.
Untuk membedakan antara jantan dengan betina sangat mudah. Kecoa jantan memiliki ukuran tubuh lebih besar dari betina. Selain itu, pejantan juga memiliki tanduk kecil dengan rambut-rambut halus di dekat kepalanya. Hal-hal tersebut tentu menjadi daya tarik tersendiri bagi mereka yang meminati hewan eksotis ini. (Dina Mirayanti Hutauruk, Pratama Guitarra) Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.