“Tekanan dari pembeli terus berlanjut terutama dengan berkembangnya isu tingginya tingkat persediaan karet di negara konsumen terutama di RRT, sehingga berdampak pada merosotnya harga pasaran karet dunia saat ini,” kata Lukman, dalam siaran resmi Kementerian Perdagangan, ditulis Sabtu (10/5/2014).
Tantangan tersebut Lukman sampaikan langsung kepada Wakil Menteri Perdagangan, Bayu Krisnamurthi, dalam Sambung Rasa Perkaretan Nasional Indonesia, di Jambi, pada Jumat (9/5/2014). Bayu mengatakan, acara tersebut memang bertujuan meningkatkan hubungan kerja sama yang lebih baik dengan para eksportir karet, serta mendapatkan umpan balik dari para pelaku usaha dalam rangka peningkatan ekspor karet Indonesia.
“Mereka menyampaikan tantangan dan permasalahan yang dihadapi dalam kegiatan ekspor karet. Diharapkan pertemuan ini dapat mengakomodir masukan dari para pelaku usaha untuk kemajuan ekspor karet nasional,” ujarnya.
Guna mengatasi berbagai tantangan, salah satunya soal harga, Bayu menambahkan, Indonesia pun tergabung dalam International Tripartite Rubber Council (ITRC) dan Internasional Rubber Consortium (IRCo) bersama produsen utama karet dunia, Thailand dan Malaysia. Indonesia merupakan negara produsen karet kedua terbesar dunia, setelah Thailand.
“Kemendag terus melakukan diplomasi pada organisasi-organisasi karet internasional dan bekerja sama dengan negara-negara produsen utama karet dunia untuk menstabilkan harga karet internasional pada tingkat yang remuneratif bagi petani,” sebutnya.
Karet menjadi salah satu komoditas non-migas andalan ekspor Indonesia. Pada 2013, sektor karet alam menyumbang 4,61 persen dari total ekspor nonmigas Indonesia yang sebesar 149,92 miliar dollar AS. Data Ditjen Perkebunan, Kementan mencatat, pada 2013 produksi karet alam mencapai 3,2 juta ton.
Dari jumlah tersebut, sekitar 16 persen (0,5 juta ton) teralokasikan untuk pemenuhan kebutuhan domestic, sedangkan 84 persennya (2,7 juta ton) untuk kebutuhan ekspor yang senilai 6,91 miliar dollar AS. Adapun negara tujuan utama ekspor karet pada 2013 adalah Amerika Serikat dengan volume mencapai 609,8 ribu ton (share 22,6 persen), diikuti RRT sebesar 511,7 ribu ton (share 18,9 persen), dan Jepang 425,9 ribu ton (share 15,8 persen).
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanDapatkan informasi dan insight pilihan redaksi Kompas.com
Daftarkan EmailPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.