Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Standchart Revisi Pertumbuhan Ekonomi RI Jadi 5,3 Persen

Kompas.com - 24/07/2014, 11:06 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Standard Chartered Bank merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi RI menjadi 5,3 persen. Bulan lalu SCB memperkirakan, tahun ini ekonomi Indonesia bisa tumbuh 5,8 persen.

"Kami baru saja merevisi pertumbuhan ekonomi jadi 5,3 persen dari sebelumnya kami memperkirakan 5,8 persen. Dan tahun depan (2015) menjadi 5,5 persen, sebelumnya 5,8 persen," ungkap ekonom SCB, Eric Sugandi, kepada wartawan, pada Rabu (23/7/2014) malam.

Ada tiga faktor yang membuat SCB merevisi proyeksi mereka. Eric mengatakan, pertama, SCB melihat laju pertumbuhan investasi mulai melambat. Salah satu penyebabnya adalah kenaikan suku bunga Bank Indonesia tahun lalu yang mencapai 175 basis points masih berdampak.

Di sisi lain, faktor kedua penurunan proyeksi PE adalah, investor cenderung wait and see melihat perkembangan politik, utamanya Foreign Direct Investment (FDI).

"Faktor ketiga, pelemahan nilai tukar rupiah yang membuat importasi capital goods menjadi mahal. Jadi itu juga memperlambat pertumbuhan investasi," ujar Eric.

SCB memperkirakan nilai tukar mata uang garuda sampai semester satu 2014 masih di level Rp 11.875 per dollar AS. Kurs rupiah diduga baru akan mulai menguat pada semester kedua, bersama mata uang negara emerging market lainnya, dan mencapai level Rp 11.600 per dollar AS per akhir kuartal 2014.

"Di sisi lain, kita masih melihat kinerja ekspor RI masih belum begitu bagus. Sementara government spending juga tidak terlalu besar. Kalau dibandingkan Tiongkok, multiplayer effect dari government spending RI, tidak terlalu besar," katanya.

SCB di sisi lain, melihat konsumsi rumah tangga tahun ini masih kuat. Alasannya, komposisi dari bahan makanan terhadap non bahan makanan, masih cukup besar, sekitar 40 persen. "Jadi, walaupun suku bunga naik, kecenderungan orang mengkonsumsi makanan agak sulit berubah," ucap Eric.

Adapun indeks harga konsumen hingga akhir tahun ini diperkirakan masih di level 5 persen, dan 8 persen untuk inflasi 2015. "Asumsinya, tahun ini tidak akan ada kenaikan harga BBM. Ceritanya berbeda kalau akhirnya pemerintahan SBY, akhirnya mau menaikkan harga BBM, dan atau pemerintahan Jokowi menaikkan harga BBM tahun ini," jelas Eric.

Suku bunga Bank Indonesia, menurut SCB masih akan ditahan di 7,5 persen. Eric mengatakan, prediksi inipun berdasarkan asumsi tidak ada kenaikkan harga BBM tahun ini. Namun SCB juga melihat ada sinyalemen dari Agus Martowardojo, BI siap menaikkan suku bunga.

"Isunya nanti ada dua. Kalau Fed menaikkan suku bunga lebih cepat dari perkiraan kami, dan kedua, kalau BBM jadi naik. Nah, dengan asumsi itu bisa saja BI rate naik tahun ini," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Whats New
Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Earn Smart
Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Earn Smart
Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Whats New
Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Whats New
1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

Spend Smart
Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Whats New
Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Whats New
Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com