Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mendag: Menangkan Perdagangan Dunia, Indonesia Harus Mulai Industrialisasi

Kompas.com - 12/09/2014, 15:16 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Perdagangan Muhamad Lutfi menegaskan, untuk dapat memenangkan perdagangan dunia, maka Indonesia wajib memulai industrialisasi. Industrialisasi, kata dia, hanya akan berjalan jika ada infrastruktur.

Ia mencontohkan, betapa perdagangan di sektor perikanan menjadi sangat tidak kompetitif, lantaran tidak adanya infrastruktur. Padahal, luas perairan laut Indonesia lebih dari 5,8 juta kilometer. Namun, ekspor ikan dan hasil ikan hanya sekitar 4,5 miliar dollar AS, jauh di bawah Thailand yang mencapai 10 miliar dollar AS.

"Kita hampir sama dengan Filipina, padahal berapa sih luas laut Filipina? Ini yang harus kita perbaiki," kata dia ditemui di sela-sela East Asia Policy Dialogue: Indoneia in Trade Agreement, di Jakarta, Jumat (12/9/2014).

Lebih lanjut, Lutfi menuturkan, sektor perikanan tidak berjalan mulus sebab tidak adanya infrastruktur yang memadai, salah satunya dia sebut cold storage. Cold storage ini dibutuhkan oleh para nelayan tangkap agar hasil tangkapan bisa disimpan dengan baik, dan kualitasnya terjaga.

Namun tentu, kata Lutfi, infrastruktur seperti cold storage memerlukan ketersediaan energi listrik yang mencukupi. Lantas bagaimana kondisinya saat ini?

"Kenapa sektor perikanan ini enggak jalan? Kapasitas listrik di timur tidak lebih dari 4.000 megawatt. Itu kalau dibagi 41 juta jiwa, berarti cuma satu bohlam per kapita," kata Lutfi.

Lutfi menyambut baik wacana presiden terpilih Joko Widodo yang membuat program 1.000 kampung nelayan. Namun, masalah sektor perikanan adalah ketersedian energi dan infrastruktur.

"Itu masalah di perikanan adaah agar ikan itu bisa dibekukan, bisa dijaga supaya tidak busuk, sehingga mesti ada es. Kalau enggak ada listrik, enggak bisa ada es. Jadi ini soal apa yang pertama? Infrastruktur. Infrastrukturnya apa? Listrik," tegas Lutfi.

Tak hanya di sektor perikanan saja, listrik dan infrastruktur dibutuhkan di sektor industri manufaktur. Lutfi bilang, Indonesia tidak bisa menjual barang industri tanpa listrik. Sayangnya, kapasitas listrik terpasang saat ini sangat minim. Malah kata Lutfi, kapasitas listrik Indonesia jauh di bawah negara-negara kelas menengah.

Ironi, kata dia, dibanding prestasi Indonesia yang menduduki peringkat 16 negara ekonomi menengah dunia. Dia menambahkan, untuk menjadi negara kelas menengah bawah dunia, kapasitas terpasang listrik setidaknya 600 watt perkapita. Saat ini Indonesia, hanya 200 watt perkapita.

"Artinya apa, pemerintahan yang akan datang harus bangun listrik untuk tumbuh. Baru setelah itu kita punya barang dan bisa mengambil pasar-pasar regional dan dunia," tandas Lutfi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Total Keterlambatan Penerbangan Haji Capai 32 Jam, Kemenag Tegur Garuda

Total Keterlambatan Penerbangan Haji Capai 32 Jam, Kemenag Tegur Garuda

Whats New
Punya Peta Jalan, Industri BPR Hadapi 3 Tantangan Struktural

Punya Peta Jalan, Industri BPR Hadapi 3 Tantangan Struktural

Whats New
Kemenperin Bantah Kemendag soal Terbitkan 'Pertek' Lamban,: Paling Lama 5 Hari

Kemenperin Bantah Kemendag soal Terbitkan "Pertek" Lamban,: Paling Lama 5 Hari

Whats New
[POPULER MONEY] Cara Cek Formasi CPNS 2024 di SSCASN | Prabowo soal Anggaran Makan Siang Gratis

[POPULER MONEY] Cara Cek Formasi CPNS 2024 di SSCASN | Prabowo soal Anggaran Makan Siang Gratis

Whats New
Insiden Pesawat Haji Terbakar, Bos Garuda: 'Confirm' Disebabkan Internal 'Engine'

Insiden Pesawat Haji Terbakar, Bos Garuda: "Confirm" Disebabkan Internal "Engine"

Whats New
Cara Bayar Shopee lewat ATM BRI dan BRImo dengan Mudah

Cara Bayar Shopee lewat ATM BRI dan BRImo dengan Mudah

Spend Smart
Apa yang Dimaksud dengan Inflasi dan Deflasi?

Apa yang Dimaksud dengan Inflasi dan Deflasi?

Earn Smart
Gampang Cara Cek Mutasi Rekening lewat myBCA

Gampang Cara Cek Mutasi Rekening lewat myBCA

Spend Smart
Penurunan Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Indonesia Berpotensi Tertahan

Penurunan Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Indonesia Berpotensi Tertahan

Whats New
Gaji ke-13 untuk Pensiunan Cair Mulai 3 Juni 2024

Gaji ke-13 untuk Pensiunan Cair Mulai 3 Juni 2024

Whats New
Masuk ke Beberapa Indeks Saham Syariah, Elnusa Terus Tingkatkan Transparansi Kinerja

Masuk ke Beberapa Indeks Saham Syariah, Elnusa Terus Tingkatkan Transparansi Kinerja

Whats New
Pesawat Haji Boeing 747-400 Di-'grounded' Pasca-insiden Terbakar, Garuda Siapkan 2 Armada Pengganti

Pesawat Haji Boeing 747-400 Di-"grounded" Pasca-insiden Terbakar, Garuda Siapkan 2 Armada Pengganti

Whats New
ASDP Terus Tingkatkan Peran Perempuan pada Posisi Tertinggi Manajemen

ASDP Terus Tingkatkan Peran Perempuan pada Posisi Tertinggi Manajemen

Whats New
Jaga Loyalitas Pelanggan, Pemilik Bisnis Online Bisa Pakai Strategi IYU

Jaga Loyalitas Pelanggan, Pemilik Bisnis Online Bisa Pakai Strategi IYU

Whats New
Bulog Targetkan Serap Beras Petani 600.000 Ton hingga Akhir Mei 2024

Bulog Targetkan Serap Beras Petani 600.000 Ton hingga Akhir Mei 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com