Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Telkom Lunasi Utang Rp 1 Triliun ke BCA

Kompas.com - 28/10/2014, 09:49 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com -
PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) mulai mengurangi beban utang. Pada 23 Oktober 2014, TLKM melalui anak usaha PT Telkomsel, melunasi pinjaman jangka pendek senilai Rp 1 triliun kepada PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).

Hal tersebut terungkap dalam laporan keuangan TLKM per 30 September 2014 yang dirilis Senin (27/10/2014). Fasilitas yang dikenakan bunga JIBOR 3 bulan + 2 persen itu adalah bagian dari utang jangka pendek TLKM yang per 30 September 2014 lalu tercatat Rp 2,63 triliun. Selain BCA, TLKM menanggung utang jangka pendek kepada Bank CIMB Niaga, Bank UOB Indonesia dan Bank Danamon Indonesia.

Di sisi lain, TLKM memiliki utang jangka panjang yang jatuh tempo dalam satu tahun ke depan senilai Rp 5,5 triliun. Jumlah tersebut meliputi utang bank senilai Rp 3,58 triliun dan pinjaman penerusan (two-step loans) sejumlah Rp 1,13 triliun. Sementara sisanya adalah utang sewa pembiayaan senilai Rp 588 miliar dan obligasi & wesel bayar Rp 211 miliar. TLKM butuh memangkas sedikit demi sedikit utang demi menekan biaya pendanaan.

Per akhir kuartal III 2014, pos ini tercatat Rp 1,33 triliun, lebih tinggi dibandingkan periode sama tahun lalu senilai Rp 1,12 triliun. Biaya pendanaan ini salah satu pos yang menyebabkan laba bersih TLKM terbilang stagnan, yakni Rp 11,47 triliun per 30 September 2014. Ini tak jauh berbeda dengan laba akhir kuartal III 2013 yang tercatat Rp 11,06 triliun.

Perolehan laba yang stagnan itu juga disebabkan oleh pertumbuhan pendapatan TLKM yang sebesar 7 persen year-on-year (yoy), menjadi Rp 65,84 triliun selama sembilan bulan 2014. Sumber utama kenaikan berasal dari kenaikan pendapatan bisnis data, internet dan jasa teknologi informatika yang sebesar Rp 3,58 triliun atau 15,4 persen . "Pendapatan seluler sebesar Rp 1,37 triliun atau 5,8 persen ," tulis Arief Yahya, Direktur Utama TLKM, dalam penjelasan resminya.

Pertumbuhan pendapatan single digit itu tergerus oleh sejumlah beban TLKM yang ikut naik. Contohnya beban operasi, pemeliharaan dan jasa telekomunikasi yang naik dari Rp 14,11 triliun ke Rp 16,6 triliun. Beban penyusutan dan amortisasi juga naik dari Rp 11,07 triliun menjadi Rp 12,03 triliun. Begitu pula dengan beban karyawan dan beban interkoneksi. Masing-masing naik 3,59 persen menjadi Rp 7,21 triliun dan 1,37 persen  menjadi Rp 3,68 triliun. Kenaikan beberapa beban inilah yang kemudian menyebabkan pertumbuhan laba bersih TLKM stagnan.

Reza Priyambada, analis Woori Korindo Securities Indonesia, menilai, sejatinya pertumbuhan pendapatan TLKM sudah di atas rata-rata industri telekomunikasi yang biasanya berkisar 3 persen-4 persen. "Agak sulit mengharapkan pertumbuhan lebih tinggi karena kian ketatnya persaingan bisnis telekomunikasi," kata dia.

Namun TLKM juga dihadapkan pada persoalan yang timbul atas transaksi barter saham PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel) dengan PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG). TBIG akan menukar 290 juta saham atau 5,7 persen  saham barunya dengan 49 persen saham Mitratel milik TLKM.

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) berencana memeriksa transaksi tersebut apakah menimbulkan kerugian negara atau tidak. Meskipun demikian Reza menilai, prospek saham TLKM masih bagus lantaran begitu kuatnya posisi Telkomsel. Portofolio TLKM yang beragam juga turut mendongkrak daya tarik saham ini di mata investor. Kemarin, harga saham TLKM ditutup turun 2,26 persen, menjadi Rp 2.805 per saham. (Veri Nurhansyah Tragistina)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Work Smart
Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Spend Smart
Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Whats New
Aturan Impor Produk Elektronik Dinilai Bisa Perkuat Industri Dalam Negeri

Aturan Impor Produk Elektronik Dinilai Bisa Perkuat Industri Dalam Negeri

Whats New
Cara Beli Pulsa melalui myBCA

Cara Beli Pulsa melalui myBCA

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com