Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bila Anda Ditipu Saat Belanja di Singapura, Ini Tips Melawannya

Kompas.com - 07/11/2014, 08:04 WIB

                                            Ryan Filbert
                                         @RyanFilbert

KOMPAS.com
 — Setidaknya dalam tiga hari terakhir ini, timeline Facebook saya diramaikan oleh pembicaraan mengenai seorang pekerja sederhana asal Vietnam yang harus berlutut agar uangnya dikembalikan setelah berbelanja iPhone 6 di pusat perbelanjaan Sim Lim Square Singapura.

Berita ini membuat saya teringat akan sebuah kejadian yang saya alami tiga tahun lalu, ketika pergi ke Singapura untuk menghabiskan bulan madu bersama istri.

Dua hari sebelum liburan kami berakhir, setelah makan malam di Orchard Road, saya dan istri saya pergi melihat-lihat pusat perbelanjaan yang bernama Lucky Plaza. Tidak lama kemudian, tampaknya istri saya tertarik untuk membeli Blackberry Torch, yang baru keluar di Jakarta. Harga Blackberry itu cukup murah, 585 dollar Singapura.

Toko tempat kami melakukan transaksi bernama "G3 Advance Trading". Sambil menunggu ponsel tersebut dicek dan aktivasi, saya melihat-lihat sekeliling serta tidak terlalu memperhatikan transaksi yang dilakukan oleh istri saya. Tentunya tanpa praduga apa pun.

Pemilik toko lalu meminta SIM card dan paspor untuk aktivasi dan garansi. Tanpa rasa curiga, istri saya memberikan keduanya. Setelah itu, kami menunggu beberapa saat sebelum ponsel tersebut kembali dibawa di hadapan kami untuk dites.

Di sinilah mulai terjadi hal menarik. Mereka mengeluarkan sebuah kertas berisi checklist yang tidak terlalu jelas, dan di sana tertulis apa saja yang mereka lakukan, harga ponsel, aktivasi SIM card, garansi, dan informasi tambahan aksesori berupa sebuah leather case flip.

Mereka menyarankan kami untuk membayar dengan uang tunai. Karena kebetulan saat itu saya dan istri saya tidak membawa uang tunai, akhirnya kami pun menggunakan kartu kredit istri saya sebagai moda pembayaran, yang dikenakan charge sebesar 3 persen. Saat itu, toko-toko sudah mulai banyak yang tutup karena jam telah menunjukkan pukul 20.30 sehingga ada perasaan untuk segera pulang karena merasa kasihan dengan pemilik toko.

Ternyata, kartu kredit istri saya ditolak. Dengan sedikit bingung, akhirnya saya berikan kartu kredit yang saya miliki. Tidak berapa lama kemudian, slipnya keluar. Sembari staf lainnya mulai membereskan toko, saya mengambil slip kartu kredit tersebut. Ketika akan menandatanganinya, saya melihat angka 620 dollar Singapura, yang dapat saya pahami dengan hitungan sederhana, yaitu harga ponsel ditambah charge sebesar 3 persen yang dikenakan.

Namun, belum selesai saya menandatangani, saya melihat keganjilan di depan angka "6", yaitu cukup jauh di depannya, terdapat angka "1", sehingga penulisannya menjadi seperti ini: "1    620", dan di sinilah praktik pemerasan mulai terjadi.

Meski saya belum selesai menandatanganinya, slip transaksi itu langsung diambil oleh pemilik toko, dan ketika ditanyakan, keluarlah angka sakti bahwa transaksi yang baru saja terjadi bernilai 1.620 dollar Singapura! Ternyata untuk melihat berapa besar nilai aslinya, kertas yang sudah saya tanda tangani sebelumnya perlu diterawang ke lampu agar tulisannya menjadi jelas.

Lalu, dimulailah perdebatan sengit antara saya dan istri dengan si pemilik toko. Meski Lucky Plaza telah mematikan lampu koridornya, saat itu beberapa kali telepon saya berdering menunjukkan nomor yang tidak dikenal, tetapi ini saya acuhkan. Pemilik toko juga sempat berdalih bahwa nilai tersebut sudah termasuk refund GST senilai 7 persen (Baca: Belanja di Singapura, Pajak Bisa Dikembalikan).

Sebuah transaksi fantastis yang tidak masuk akal tampaknya sedang terjadi saat itu, dan di situlah kami merasa ditipu oleh pedagang ponsel di Singapura.

Opsi yang diberikan oleh pemilik toko "cerdas" tersebut adalah membatalkan transaksi, yang dalam hal ini, kami akan diberikan refund sebesar 497 dollar Singapura tanpa membawa pulang Blackberry yang sudah dibeli. Siapa yang akan menyetujui transaksi bodoh seperti itu bahwa Anda kehilangan 1.000 dollar Singapura dan tidak membawa pulang barang apa pun?

Meskipun istri saya ngotot untuk berdebat, saya berpikir lain. Saya mengambil Blackberry tersebut untuk dibawa pulang, dan saya mendesak untuk diberikan kuitansi serta slip kartu kredit. Namun, sampai di sini, mulailah terjadi intimidasi karena paspor saya masih ditahan oleh pemilik toko "G3 Advance Trading" tersebut.

Apa yang terjadi setelah itu? Mereka tidak memberikan slip apa pun, dan kami pulang membawa ponsel tersebut. Pemikiran saya saat itu adalah, yang penting paspor sudah kembali ke tangan karena, tanpa identitas di negara orang, posisi kami menjadi jauh lebih lemah. Di sinilah "perang" sesungguhnya mulai terjadi antara saya dan pemilik toko yang bernama Mr Kalvin.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pesan Luhut ke Prabowo: Jangan Bawa Orang-orang 'Toxic' ke Dalam Pemerintah Anda

Pesan Luhut ke Prabowo: Jangan Bawa Orang-orang "Toxic" ke Dalam Pemerintah Anda

Whats New
Barang Bawaan Pribadi dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi, Ini Pesan Bea Cukai ke Jastiper

Barang Bawaan Pribadi dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi, Ini Pesan Bea Cukai ke Jastiper

Whats New
Bangun Pemahaman Kripto di Tanah Air, Aspakrindo dan ABI Gelar Bulan Literasi Kripto 2024

Bangun Pemahaman Kripto di Tanah Air, Aspakrindo dan ABI Gelar Bulan Literasi Kripto 2024

Rilis
Terbitkan Permentan Nomor 1 Tahun 2024, Mentan Pastikan Pupuk Subsidi Tepat Sasaran

Terbitkan Permentan Nomor 1 Tahun 2024, Mentan Pastikan Pupuk Subsidi Tepat Sasaran

Whats New
Resmi Kuasai 100 Persen Saham Bank Commonwealth, OCBC NISP Targetkan Proses Merger Selesai Tahun Ini

Resmi Kuasai 100 Persen Saham Bank Commonwealth, OCBC NISP Targetkan Proses Merger Selesai Tahun Ini

Whats New
Sucor Sekuritas Ajak Masyarakat Belajar Investasi lewat Kompetisi 'Trading'

Sucor Sekuritas Ajak Masyarakat Belajar Investasi lewat Kompetisi "Trading"

Earn Smart
Kunker di Jateng, Plt Sekjen Kementan Dukung Optimalisasi Lahan Tadah Hujan lewat Pompanisasi

Kunker di Jateng, Plt Sekjen Kementan Dukung Optimalisasi Lahan Tadah Hujan lewat Pompanisasi

Whats New
Sudah Masuk Musim Panen Raya, Impor Beras Tetap Jalan?

Sudah Masuk Musim Panen Raya, Impor Beras Tetap Jalan?

Whats New
Bank Sentral Eropa Bakal Pangkas Suku Bunga, Apa Pertimbangannya?

Bank Sentral Eropa Bakal Pangkas Suku Bunga, Apa Pertimbangannya?

Whats New
Pasokan Gas Alami 'Natural Decline', Ini Strategi PGN Jaga Distribusi

Pasokan Gas Alami "Natural Decline", Ini Strategi PGN Jaga Distribusi

Whats New
BTN Pastikan Dana Nasabah Tidak Hilang

BTN Pastikan Dana Nasabah Tidak Hilang

Whats New
Kartu Prakerja Gelombang 67 Resmi Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Kartu Prakerja Gelombang 67 Resmi Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Work Smart
Peringati Hari Buruh, SP PLN Soroti soal Keselamatan Kerja hingga Transisi Energi

Peringati Hari Buruh, SP PLN Soroti soal Keselamatan Kerja hingga Transisi Energi

Whats New
Cara Pasang Listrik Baru melalui PLN Mobile

Cara Pasang Listrik Baru melalui PLN Mobile

Work Smart
Bicara soal Pengganti Pertalite, Luhut Sebut Sedang Hitung Subsidi untuk BBM Bioetanol

Bicara soal Pengganti Pertalite, Luhut Sebut Sedang Hitung Subsidi untuk BBM Bioetanol

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com