Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 21/01/2015, 07:09 WIB

Oleh: Muhammad Assad*
@MuhammadAssad

KOMPAS.com - Pada suatu sore, ada dua orang yang sedang duduk berdampingan di ruang tunggu dokter. Tiba-tiba, seekor lalat terbang dan hinggap di pundak orang pertama, dan dia menepuknya.

Lalat itu dengan cepat langsung terbang dan hinggap di pundak orang kedua. Orang kedua langsung menangkap lalat tersebut, memakannya dan terlihat sangat menikmati. Tidak lama kemudian, seekor lalat lain terbang dan hinggap di orang pertama, dan tanpa menunggu lama, langsung ditangkap oleh orang pertama. Kemudian orang pertama menatap orang kedua, “Anda mau beli lalat saya?”

Orang pertama adalah seorang pengusaha, karena dia bisa melihat peluang yang berpotensi memberikan keuntungan kepada dirinya.

Pada dasarnya, menjadi seorang pengusaha itu harus bisa melihat antara demand (permintaan) dan supply (penawaran). Bisnis pertama saya adalah berjualan jaket kampus saat kuliah di Malaysia. Selama kurang lebih setahun, saya selalu melihat para mahasiswa lokal maupun internasional senang memakai jaket kampus, baik untuk kuliah atau sekedar nongkrong bersama teman-teman. Seperti normalnya sebuah jaket kampus, modelnya standar dan ada logo di bagian depan. Jaket tersebut banyak dijual di kantin atau mini mart yang terdapat di lingkungan kampus.

Tapi yang menggelitik saya adalah, jaket yang banyak dipakai para mahasiswa itu kualitasnya buruk dan harganya sangat mahal! Satu jaket dihargai RM 125 atau sekitar Rp 400.000. Wow! Untuk harga sebuah jaket kampus, bagi saya tidak masuk akal. Di Indonesia sendiri pada saat itu harganya berada di kisaran Rp 100.000-Rp 150.000.

Ini berarti demand sangat tinggi sedangkan dari sisi supply masih sangat terbatas, terlebih mereka tidak mempunyai pilihan yang lebih baik dari jaket-jaket yang sudah ada di lingkungan kampus. Tentu itu adalah sebuah peluang bisnis yang baik karena adanya ketidakseimbangan antara demand dengan supply.

Akhirnya saya pun memutuskan untuk berani berjualan jaket yang rencananya akan saya kirim dari Jakarta. Saya sangat yakin jaket kampus made in Indonesia bisa diterima di pasar Malaysia karena kualitasnya yang baik dan harganya yang bisa bersaing. Saya lalu membuat desain jaket kampus yang sesuai dengan perkembangan zaman dan mulai saya pasarkan secara door-to-door.

Tidak disangka, hasilnya sangat menggembirakan. Di kloter pertama, saya mengirim 150 jaket dari Jakarta yang saya bawa sendiri dengan pesawat. Saya menjual jaket tersebut dengan harga RM 80 atau sekitar Rp 250.000. Dari harga tersebut, saya mengantongi untung bersih Rp 125.000 per jaket dan repeat order terus berdatangan setelah banyak yang melihat jaket kampus tersebut dipakai oleh para mahasiswa.

Lalu apa hanya itu saja ciri menjadi seorang pengusaha? Tentu tidak. Banyak orang pintar yang bisa menganalisa tentang demand dan supply namun mereka lebih nyaman dan bahagia dengan menjadi seorang karyawan. Hal itu disebabkan tidak adanya panggilan hati yang kuat untuk menjadi seorang pengusaha.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

SR019 Pecahkan Rekor Jumlah Investor SBN Ritel 2023

SR019 Pecahkan Rekor Jumlah Investor SBN Ritel 2023

Whats New
Menakar Dampak Belanja Caleg Pemilu 2024 ke Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Menakar Dampak Belanja Caleg Pemilu 2024 ke Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Whats New
Simak Imbal Hasil Lelang Sukuk Negara Pekan Ini

Simak Imbal Hasil Lelang Sukuk Negara Pekan Ini

Earn Smart
Cerita Peserta Uji Coba Kereta Cepat: Susah-susah Dapat Tiket Malah Ketinggalan Kereta

Cerita Peserta Uji Coba Kereta Cepat: Susah-susah Dapat Tiket Malah Ketinggalan Kereta

Whats New
Pemerintah Akan Tutup 'Social Commerce' jika 'Keukeuh' Berjualan di Platformnya

Pemerintah Akan Tutup "Social Commerce" jika "Keukeuh" Berjualan di Platformnya

Whats New
IHSG dan Rupiah Berakhir di Zona Merah

IHSG dan Rupiah Berakhir di Zona Merah

Whats New
UOB Indonesia Luncurkan Fitur FSCM, Sasar Perusahaan Rantai Pasok

UOB Indonesia Luncurkan Fitur FSCM, Sasar Perusahaan Rantai Pasok

Whats New
Maybank Punya Shariah Wealth Management, Ini Manfaatnya untuk Nasabah

Maybank Punya Shariah Wealth Management, Ini Manfaatnya untuk Nasabah

Whats New
Judi Online Gunakan QRIS, Komisi XI DPR: BI Harus Evaluasi Sistem Layanan secara Menyeluruh

Judi Online Gunakan QRIS, Komisi XI DPR: BI Harus Evaluasi Sistem Layanan secara Menyeluruh

Whats New
Tepung Bumbu Cap Opung Diluncurkan, Targetkan Pasar di Area Jatim

Tepung Bumbu Cap Opung Diluncurkan, Targetkan Pasar di Area Jatim

Rilis
Jurus Pertamina agar Bright Gas Makin Diterima Pasar

Jurus Pertamina agar Bright Gas Makin Diterima Pasar

Whats New
Mendag: Social Commerce Hanya Boleh Fasilitasi Promosi, Tak Boleh untuk Bertransaksi

Mendag: Social Commerce Hanya Boleh Fasilitasi Promosi, Tak Boleh untuk Bertransaksi

Whats New
Pemerintah Larang 'Social Commerce' Fasilitasi Transaksi Perdagangan

Pemerintah Larang "Social Commerce" Fasilitasi Transaksi Perdagangan

Whats New
QRIS Digunakan untuk Judi 'Online', Pengamat: BI Bersama OJK, PPATK, dan Polri Bisa Blokir

QRIS Digunakan untuk Judi "Online", Pengamat: BI Bersama OJK, PPATK, dan Polri Bisa Blokir

Whats New
Rehabilitasi DAS, Perusahaan Tambang di Dairi Tanam Mangrove di Lahan Seluas 60 Hektar

Rehabilitasi DAS, Perusahaan Tambang di Dairi Tanam Mangrove di Lahan Seluas 60 Hektar

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com