Guna membahas hal itu, Kementerian Pertanian menggandeng Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) menggelar pertemuan dengan para pelaku industri di sektor pertanian. Pertemuan tersebut membahas sejumlah permasalahan yang dialami kalangan usaha yang bergerak di sektor pertanian, perkebunan, dan peternakan.
Permasalahan yang dibahas dari mulai sulitnya memperoleh lahan pertanian, penyediaan benih dan pupuk yang masih sulit, hingga peraturan dan perizinan usaha yang dianggap tidak mendukung pertumbuhan industri pertanian.
"Pemerintah sampai dalam beberapa tahun belakangan ini masih sulit untuk mencapai swasembada pangan. Hal tersebut jelas membuat harga jual produk-produk pangan nasional menjadi tidak stabil. Saya menilai, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) adalah tantangan yang begitu berat. Saya support, apapun untuk mencapai swasembada. Karena tantangan MEA ini betul-betul berat, maka dalam pertemuan ini mari kita carikan solusinya bersama, karena kita sedang punya misi besar mencapai swasembada pangan dalam 3 tahun. Itu harus dapat dukungan “ kata Menteri Pertanian, Amran Sulaiman saat membuka diskusi di Menara Kadin.
Di hadapan peserta diskusi, Mentan mengatakan selama dua bulan terakhir, dirinya telah berkeliling Indonesia. Hal itu sebagai upaya untuk mendukung pencapaian swasembada pangan yang ditargetkan Pemerintah dan dalam 2 bulan tersebut sudah 15 provinsi yang dikunjungi untuk mengetahui masalah.
Terdapat lima faktor yang membuat Indonesia sulit mencapai swasembada pangan ditambah permasalahan yang menghadang, terutama terkait berkurangnya lahan pertanian yang banyak beralih fungsi, serta penyediaan pupuk dan benih yang belum mampu memenuhi permintaan.
"Setelah saya mengunjungi 15 provinsi 60 kabupaten dalam waktu satu bulan lebih untuk mengecek langsung persoalan yang ada di lapangan, ternyata permasalah berada di lima faktor irigasi, benih, pupuk, penyuluhan dan alat mesin pertanian. Masalah-masalah pertanian berupa kerusakan irigasi, rendahnya penyerapan benih, keterlambatan distribusi pupuk, kekurangan tenaga penyuluh dan minimnya penggunaan alsintan telah mengakibatkan Indonesia kehilangan peluang produksi sebesar 20 juta ton Gabah Kering Giling (GKG) per tahun” kata Mentan.
Walaupun terdapat berbagai permasalahan yang dihadapi, Mentan mengaku optimis target swasembada pangan akan tercapai dalam waktu tiga tahun. Apalagi pemerintah sudah menyiapkan dana yang cukup besar, yakni 16,9 trilyun rupiah yang merupakan dana pengalihan subsidi BBM. Dana itu akan disalurkan untuk program pembangunan dan perbaikan irigasi, subsidi pupuk, bantuan benih dan membeli alat mesin pertanian, yang menjadi faktor kunci untuk menuju swasembada pangan.
“Berdasarkan pengamatan saya di 15 provinsi di Indonesia, ada 52 persen irigasi sudah mengalami kerusakan. Bahkan di provinsi Sumatera Utara malah sudah mencapai 82 persen serta ada juga irigasi yang 20 tahun tidak diperbaiki. Untuk mengatasinya pihak Kementan telah mengalokasikan kurang lebih Rp 2 triliun untuk memperbaiki kerusakan irigasi demi mencapai swasembada pangan Indonesia” ujar Mentan.
Lebih lanjut Mentan menerangkan bahwa pada 2014 irigasi rusak di seluruh Indonesia mencapai 52 persen dengan luas lahan 3,3 juta hektare, Sebagai tahap awal, pada tahun 2015 direncanakan dibangun irigasi di satu juta hektare lahan di 17 provinsi di seluruh Indonesia terutama di daerah-daerah yang merupakan kantong-kantong produksi padi seperti Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Banten, Lampung, dan Sulawesi Selatan.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanKunjungi kanal-kanal Sonora.id
Dapatkan informasi dan insight pilihan redaksi Kompas.com
Daftarkan EmailPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.