Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Walaupun Sulit, Swasembada Pangan Harus Tercapai

Kompas.com - 05/02/2015, 11:38 WIB

Selain persoalan irigasi dan benih, ada persoalan lainnya yaitu pupuk yang masih sering terlambat pendistribusiannya dan jumlah penyuluh pertanian, menurut Mentan, tenaga penyuluh pertanian masih kurang, padahal tenaga penyuluh diperlukan oleh Kementerian Pertanian untuk membina keterampilan petaninya.

Petani membutuhkan penyuluh sebanyak 70.000, tapi yang ada sekarang 20.000 orang, sedangkan pihak Kementan kesulitan merekrut tenaga baru. Kondisi tersebut karena ada moratorium pegawai negeri sipil (PNS).

Untuk mengantisipasi kekurangan penyuluh pertanian dalam upaya swasembada pangan, pihak Kementan telah melakukan kesepakatan dengan TNI Angkatan Darat. Ada 50.000 Bintara Pembina Desa (Babinsa) dari TNI Angkatan Darat yang akan dikerahkan sebagai tenaga penyuluh pertanian di sentra-sentra produksi pertanian. Setelah disepakati bersama, tugas selanjutnya yakni melatih para tentara untuk menjadi penyuluh pertanian.

“Sekarang  kami membutuhkan 70 ribu orang tenaga penyuluh, namun yang tersedia hanya 20 ribu orang saja. Penyuluh pertanian, sangat penting mengingat salah satu masalah pertanian saat ini adalah kurangnya keterampilan petani untuk menggunakan metode-metode baru pertanian yang lebih efisien. TNI terpaksa dikerahkan karena pemerintah sudah membatasi perekrutan PNS. TNI bisa diajak kerja sama untuk menjadi ‘pasukan pertanian’ untuk memenuhi tenaga penyuluh, saya telah bertemu dengan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), dan siap mengerahkan 50 ribu Babinsa. Bahkan, TNI siap mendukung swasembada pangan yang ditargetkan oleh pemerintah. Dengan begitu, masalah tenaga penyuluh pertanian selesai. Tinggal kami latih Babinsa-nya,” kata Mentan.

Mentan menambahkan, untuk merealisasikan target swasembada pangan dalam waktu tiga tahun, Kementerian Pertanian juga dihadapkan pada setumpuk masalah lainnya. Mulai dari rendahnya produksi sampai minimnya sumber daya manusia (SDM) di sektor pertanian. Salah satunya makin sedikitnya jumlah petani di Indonesia.

Data yang dilansir Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan penurunan jumlah petani dalam satu dekade terakhir. “Pada 2003, rumah tangga yang menanam padi mencapai 14,2 juta rumah tangga, sementara pada 2013 turun menjadi 14,1 juta. Usaha tanaman kedelai menurun dari satu juta (2003) menjadi hanya 700.000 rumah tangga. Untuk usaha tanaman jagung juga terjadi penurunan dari 6,4 juta di 2003 menjadi 5,1 juta di 2013. Padahal kita tahu 10 tahun terakhir ada penurunan rumah tangga petani 31 juta jadi 26 juta. Kurang lebih 5 juta kali 4 berarti 20 juta orang tinggalkan pertanian, ini mengkuatirkan,” kata Mentan.

Dalam menyikapi kondisi tersebut Mentan mengaku mempunyai solusi yaitu dengan memaksimalkan penggunaan mesin-mesin pertanian. Dengan kata lain, untuk meningkatkan produksi pertanian, Kementerian Pertanian akan membeli alat mesin pertanian (alsintan) dan tenaga petani yang berkurang akan diganti dengan tenaga mesin. Alat mesin pertanian diperlukan karena terjadi penurunan rumah tangga petani dari 31 juta menjadi 26 juta.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com