Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mentan Minta Kapolri Usut Mafia Beras

Kompas.com - 26/02/2015, 15:09 WIB
Kontributor Malang, Yatimul Ainun

Penulis


MALANG, KOMPAS.com - Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman berjanji segera menangkap mafia beras yang menyebabkan kenaikan harga beras di pasaran. Pihaknya sudah berkoordinasi dan meminta Kapolri untuk mengusut mafia tersebut.

"Ada indikasi permainan mafia dalam kenaikan harga beras di pasaran. Untuk mengatasi hal itu, saya sudah berkoordinasi dan bekerjasama dengan penegak hukum. Saya sudah meminta Kapolri menelusurinya," ujarnya usai menghadiri acara seremoni panen serentak dan juga tanam serentak di Desa Ngebruk, Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Kamis (26/2/2015).

Pemerintah, katanya, harus tidak tegas siapapun yang ingin mengkhianati petani harus ditindak secara hukum. "Tolong beri waktu kami untuk menelusuri itu. Belum terungkap, karena kami baru bekerja tiga hari ini," ucap dia.

Melonjaknya harga beras di pasaran tersebut, kata Amran, jelas tidak seimbang dengan harga gabah di tingkat petani. Jika harga beras di tingkat pedagang besar mencapai Rp 12.000 per kilogram (kg), seharusnya harga gabah kering panen (GKP) petani sebesar Rp 9.000 per kg.

Menurut dia, disparitas harga antara GKP dan harga beras di tingkat pedagang besar normalnya sebesar 30 persen. "Namun, kenyataan dilapangan saat ini, harga GKP sebesar Rp 4.500 per kg, sedangkan harga beras di tingkat pedagang besar menembus Rp 12.000 per kg. Mestinya kalau harga gabah Rp 4.500, harga beras Rp 6.500. Karena beras itu dilahirkan dari gabah, dari padi, bukan sapi, bukan pedagang," jelasnya.

Pernyataan Menteri Pertanian tersebut langsung disikapi oleh Danrem 083 Baladhika Jaya Malang, Kolonel Arm Totok Imam Santoso. Ia menyebutkan, pihaknya bersama pihak kepolisian, dan Pemerintah Kabupaten Malang langsung membentuk satgas untuk menelusuri mafia harga beras di wilayah Malang Raya.

"Kita langsung bentuk Satgas untuk memantau kondisi harga beras di lapangan. Hari satgas itu langsung terjun ke lapangan. Jika terbukti ada, akan ditindak tegas, akan ditangani oleh pihak kepolisian," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Work Smart
Viral Mainan 'Influencer' Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Viral Mainan "Influencer" Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com