Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ekonomi China Melambat, ADB Memperkirakan Pertumbuhan Asia Stagnan

Kompas.com - 24/03/2015, 11:34 WIB
Stefanno Reinard Sulaiman

Penulis


JAKARTA,KOMPAS.com - Bank Pembangunan Asia (ADB) memperkirakan pertumbuhan ekonomi benua Asia di tahun 2015 dan 2016 tetap di angka 6,3 persen. Angka ini sama dengan tahun 2014 silam.

Menurut, Deputi Direktur ADB Indonesia, Edimon Ginting, pertumbuhan yang stagnan tersebut dikarenakan pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang melambat.

"Ini karena China  menurun pertumbuhannya, namun ada juga pertumbuhan yang meningkat dari India," jelas Edimon dalam acara publikasi ekonomi tahunan ADB, Asian Development Outlook, di Jakarta, Selasa (24/3/2015).

Pertumbuhan RRT melambat pada 2014 sering lemahnya investasi untuk aset tetap, terutama di bidang real estat. Selain itu, perlambatan investasi diperkirakan akan menurunkan pertumbuhan menjadi 7,2 persen pada 2015 dan 7 persen pada 2016. "Padahal setelah krisis keuangan global tahun 2009, pertumbuhan rata-rata RRT sekitar 8,5 persen," jelas Edimon.

Meski melambat, menurut Edimon, kawasan Asia tetap menjadi penyumbang besar bagi pertumbuhan PDB global. Berdasarkan data ADB, sejak masa terburuk krisis keuangan global pada 2009, kawasan Asia yang sedang berkembang menyumbangkan 2,3 poin presentase bagi pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) global, atau hampir 60 persen dari laku pertumbuhan tahunan global sebesar 4 persen.

"Delapan negara di kawasan tersebut membukukan pertumbuhan di atas 7 persen hampir tiap tahun setelah krisis, termasuk Republik Rakyat Tiongkok, Laos, dan Sri Lanka," jelas Edimon.

Selain itu, pertumbuhan India diperkirakan ADB akan melampaui RRT. Hal ini dikarenakan upaya pemerintah India untuk memperbaiki struktural demi menumbuhkan kepercayaan investor.

"Dengan didukung permintaan eksternal yang lebih kuat, India siap tumbuh 7,8 persen pada tahun fiskal 2015, naik dibandingkan tahun 2014 sebesar 7,4 persen," jelas Edimon.

Edimon menambahkan, untuk Asia Tenggara diproyeksikan akan mengalami kenaikkan pada 2015 menjadi 4,9 persen, dimana tahun 2014 sebesar 4,4 persen. "Hal ini seiring pemulihan ekonomi di Indonesia dan Thailand. Sebagian besar perekonomian di sub-kawasan ini diperkirakan akan diuntungkan oleh kenaikkan ekspor dan inflasi yang lebih rendah," kata Edimon.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

IHSG Lanjutkan Kenaikan Tembus Level 7300, Rupiah Tersendat

IHSG Lanjutkan Kenaikan Tembus Level 7300, Rupiah Tersendat

Whats New
Pengusaha Korea Jajaki Kerja Sama Kota Cerdas di Indonesia

Pengusaha Korea Jajaki Kerja Sama Kota Cerdas di Indonesia

Whats New
Menko Airlangga Siapkan Pengadaan Susu untuk Program Makan Siang Gratis Prabowo

Menko Airlangga Siapkan Pengadaan Susu untuk Program Makan Siang Gratis Prabowo

Whats New
Enzy Storia Keluhkan Bea Masuk Tas, Stafsus Sri Mulyani: Kami Mohon Maaf

Enzy Storia Keluhkan Bea Masuk Tas, Stafsus Sri Mulyani: Kami Mohon Maaf

Whats New
Waskita Karya Optimistis Tingkatkan Pertumbuhan Jangka Panjang

Waskita Karya Optimistis Tingkatkan Pertumbuhan Jangka Panjang

Whats New
Apresiasi Karyawan Tingkatkan Keamanan dan Kenyamanan di Lingkungan Kerja

Apresiasi Karyawan Tingkatkan Keamanan dan Kenyamanan di Lingkungan Kerja

Whats New
Potensi Devisa Haji dan Umrah Capai Rp 200 Triliun, Menag Konsultasi dengan Sri Mulyani

Potensi Devisa Haji dan Umrah Capai Rp 200 Triliun, Menag Konsultasi dengan Sri Mulyani

Whats New
Kartu Prakerja Gelombang 68 Sudah Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Kartu Prakerja Gelombang 68 Sudah Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Whats New
MARK Tambah Jajaran Direksi dan Umumkan Pembagian Dividen

MARK Tambah Jajaran Direksi dan Umumkan Pembagian Dividen

Whats New
Miliki Risiko Kecelakaan Tinggi, Bagaimana Penerapan K3 di Lingkungan Smelter Nikel?

Miliki Risiko Kecelakaan Tinggi, Bagaimana Penerapan K3 di Lingkungan Smelter Nikel?

Whats New
Pemerintah Akan Revisi Aturan Penyaluran Bantuan Pangan

Pemerintah Akan Revisi Aturan Penyaluran Bantuan Pangan

Whats New
Kolaborasi Pentahelix Penting dalam Upaya Pengelolaan Sampah di Indonesia

Kolaborasi Pentahelix Penting dalam Upaya Pengelolaan Sampah di Indonesia

Whats New
Menteri Teten Ungkap Alasan Kewajiban Sertifikat Halal UMKM Ditunda

Menteri Teten Ungkap Alasan Kewajiban Sertifikat Halal UMKM Ditunda

Whats New
Viral Video Petani Menangis, Bulog Bantah Harga Jagung Anjlok

Viral Video Petani Menangis, Bulog Bantah Harga Jagung Anjlok

Whats New
9,9 Juta Gen Z Indonesia Tidak Bekerja dan Tidak Sekolah

9,9 Juta Gen Z Indonesia Tidak Bekerja dan Tidak Sekolah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com