Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menengok Intelektualitas di Kota Malang

Kompas.com - 01/04/2015, 22:46 WIB

Kota Malang hidup dari pendidikan. Setiap tahun, puluhan ribu mahasiswa baru datang untuk belajar di 14 universitas negeri dan swasta di Kota Malang. Mereka berasal dari dalam dan luar Kota Malang.

Jumlah penduduk Kota Malang sendiri tahun 2013-2014 tercatat 848.474 jiwa. Dari jumlah itu, 200.000-an di antaranya adalah siswa usia sekolah, mulai dari TK hingga SMA. Mereka belajar di 1.500-an lembaga pendidikan formal, mulai dari pendidikan anak usia dini, pendidikan khusus atau luar biasa, hingga universitas. Itu masih ditambah dengan keberadaan 200-an lembaga kursus yang tercatat di Dinas Pendidikan Kota Malang.

Banyaknya siswa usia sekolah tersebut rupanya juga menorehkan prestasi bagus bagi Kota Malang. Angka partisipasi murni sekolah mencapai 97 persen, serta angka putus sekolah SD 0,05 persen, SMP 0,37 persen, dan SMA 0,68 persen.

Bahu-membahu

Malang adalah kota pendidikan, tempat orang mengasah intelektualitas di segala bidang. Intelektualitas tidak datang dengan sendiri. Kecerdasan dibangun bahu-membahu antara masyarakat dan pemda.

Di bidang lingkungan, kota ini juga sudah menjadi percontohan. Melalui Dinas Kebersihan dan Pertamanan, Malang berusaha menangani sampah perkotaan menjadi energi terbarukan. Kota Malang menghasilkan sampah 607,44 ton per hari. Dari jumlah itu, sekitar 412,98 ton sampah masuk dan ditimbun di TPA Supit Urang.

Timbunan sampah terus menggunung hingga harus dibagi-bagi dalam sel-sel penampungan. Diperkirakan, saat ini total timbunan sampah di TPA Supit Urang mencapai 2.272.500 meter kubik. Dari jumlah tersebut, estimasi produksi gas metan di TPA Supit Urang sekitar 10,35 juta BTU per jam.

Potensi gas metan itulah yang kemudian dilirik Pemkot Malang. Tahun 2012, gas metan itu secara sederhana ditangkap dan disalurkan ke rumah-rumah warga di sekitar TPA. Lebih dari 400 rumah sudah memanfaatkan gas metan tersebut untuk memasak.

Selain penangkapan gas metan, Kota Malang juga menjadi rujukan pengelolaan bank sampah. Sampah anorganik, yang biasanya dibuang begitu saja, sejak tahun 2011 didorong untuk dikumpulkan dan dijual ke bank sampah. Uang yang diperoleh akan ditabung dan suatu ketika diambil untuk berbagai keperluan, seperti membayar listrik, air PDAM, telepon, bahkan untuk biaya kesehatan.

Saat ini nilai transaksi bank sampah Kota Malang berkisar Rp 300 juta-Rp 500 juta per bulan. Jumlah nasabah mencapai 24.000 orang, meliputi 381 kelompok masyarakat (tiap kelompok anggotanya 20-100 orang), 178 sekolah, 900-an individu, 35 instansi, serta 25 lapak atau pengepul sampah.

Untuk sampah organik pun, warga Kelurahan Sukun memiliki kecerdasan tersendiri dalam mengolahnya. Mereka memelihara cacing lumbricus sehingga sisa sampah anorganik, seperti makanan sisa dan sampah dedaunan, tidak terbuang ke sungai. Cacing ini akhirnya bisa dijual ke petambak sebagai pakan udang dengan harga cukup mahal, yakni Rp 50.000 per kg.

"Kami sedang upayakan sampah di Kota Malang bisa diolah menjadi tenaga listrik. Ini akan menjadi salah satu solusi energi alternatif yang lahir dari bahan yang terbuang," tutur Anton.

Malang memang benar-benar kota cerdas. Kecerdasan tidak hanya di bidang pendidikan formal, tetapi juga meluas hingga ke sektor lingkungan. Dan, kecerdasan itu lahir karena kerja sama warga dan pemerintah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

IHSG Diperkirakan Melemah Hari Ini, Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

IHSG Diperkirakan Melemah Hari Ini, Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
5 Cara Tarik Tunai DANA di Alfamart, IndoMaret, dan ATM

5 Cara Tarik Tunai DANA di Alfamart, IndoMaret, dan ATM

Spend Smart
Hari Buruh dan Refleksi Ketimpangan Gender

Hari Buruh dan Refleksi Ketimpangan Gender

Whats New
Punya Aset Rp 224,66 Triliun, LPS Siap Jamin Klaim Simpanan Bank Tutup

Punya Aset Rp 224,66 Triliun, LPS Siap Jamin Klaim Simpanan Bank Tutup

Whats New
Tak Lagi Khawatir Lupa Bawa Uang Tunai Berbelanja di Kawasan Wisata Samosir

Tak Lagi Khawatir Lupa Bawa Uang Tunai Berbelanja di Kawasan Wisata Samosir

Whats New
Info Limit Tarik Tunai BCA Sesuai Jenis Kartu ATM Lengkap

Info Limit Tarik Tunai BCA Sesuai Jenis Kartu ATM Lengkap

Spend Smart
3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu BCA, Penting saat Lupa Bawa di ATM

3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu BCA, Penting saat Lupa Bawa di ATM

Earn Smart
[POPULER MONEY] Serikat Pekerja Tuntut Naik Upah, Menaker Balik Tuntut Kenaikan Kompetensi | Luhut Janji Microsoft Tak Akan Menyesal Investasi Rp 27,6 Triliun di Indonesia

[POPULER MONEY] Serikat Pekerja Tuntut Naik Upah, Menaker Balik Tuntut Kenaikan Kompetensi | Luhut Janji Microsoft Tak Akan Menyesal Investasi Rp 27,6 Triliun di Indonesia

Whats New
Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Spend Smart
Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Whats New
Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Whats New
Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Whats New
Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi 'Feeder' bagi Malaysia dan Singapura

Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi "Feeder" bagi Malaysia dan Singapura

Whats New
Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Whats New
Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com