Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Geliat Investasi di Ujung Jawa...

Kompas.com - 28/04/2015, 16:50 WIB

Oleh Dwi Bayu Radius

Silakan mengamati pusat perbelanjaan, jalan, dan terlebih lagi pabrik di Kota Cilegon, Banten. Warga Korea Selatan akan mudah dijumpai. Tenaga kerja asing yang datang berduyun-duyun itu menjadi indikator pesatnya pertumbuhan industri di "Kota Baja"

Restoran dengan menu masakan Korea bermunculan. Rumah sewaan di Cilegon diserbu warga Korea Selatan (Korsel) untuk dikontrak. Pabrik berinvestasi dari Korsel yang berdiri megah di kawasan industri terang benderang pada malam hari.

Mayoritas di antara pekerja asing seolah membentuk Korsel kecil di kota yang terletak di ujung barat Pulau Jawa itu. Sesuai data Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Cilegon, saat ini terdapat 328 tenaga kerja asing di kota itu dan warga Korsel mencapai 70 persen dari jumlah itu atau 234 orang.

Daya tarik Cilegon bagi investor asing bak lampu yang memikat laron. Kota itu dilengkapi infrastruktur pendukung, mulai dari pelabuhan di jalur pelayaran internasional, jalan tol, hingga langsung ke kawasan industri dan Bandara Soekarno-Hatta, serta stasiun kereta.

Asal-usul Cilegon sebagai kota industri dapat ditelusuri dari masa pemerintahan Presiden Soekarno. Sejak dulu, pelabuhan tersedia dan jaringan rel menghubungkan hingga sebelah timur Jawa. Soekarno memiliki visi jauh ke depan menjadikan Cilegon sebagai kawasan industri dan tujuan investasi.

Visi itu terwujud. Warga Korsel dan investasinya baru sebagian saja. Cilegon juga menarik investor dari Jepang, Singapura, Turki, dan Jerman. Iklim investasi yang kondusif dan pusat pelayanan perizinan terpadu yang diselenggarakan Pemerintah Kota (Pemkot) Cilegon turut memicu pertumbuhan industri di kawasan itu.

Menurut Kepala Bidang Penanaman Modal Badan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal (BPTPM) Cilegon Luhut Malau, investasi di Cilegon memang didominasi Korsel. "Iklim investasi stabil, tidak banyak unjuk rasa, dan pasar yang kondusif membuat investor asing memilih Cilegon," tuturnya.

Data BPTPM Cilegon menunjukkan, terdapat 36 investasi berdasarkan izin usaha di Cilegon dan lebih dari separuhnya dilakukan Korsel. Paling tidak, 21 investasi itu berasal dari "Negeri Ginseng". Pemkot Cilegon pun terus meningkatkan kualitas pelayanan perizinan.

Pelayanan terpadu

Sejak setahun terakhir, pelayanan terpadu diterapkan. Saat ini, perizinan berbasis internet. Izin prinsip penanaman modal, misalnya, bisa diurus hanya dalam tiga hari. Sebelumnya, pengurusan izin bisa memakan waktu hingga seminggu dengan mendatangi sejumlah satuan kerja perangkat daerah (SKPD).

"SKPD itu seperti Badan Lingkungan Hidup, Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi, Dinas Tenaga Kerja, serta Dinas Tata Kota," kata Luhut.

Upaya Pemkot Cilegon menghadirkan korporasi global tak berhenti sampai di sana. Infrastruktur dibenahi dengan menambah anggaran. Tahun 2011, anggaran pembangunan dan pemeliharaan jalan serta jembatan senilai Rp 55,33 miliar. Anggaran itu terus ditingkatkan menjadi Rp 188,27 miliar pada 2014.

Hasilnya, jalan rusak dan rusak berat jauh berkurang. Dalam kurun waktu itu, jalan rusak dan rusak berat sepanjang 51,82 kilometer berkurang menjadi 25,84 kilometer. Panjang jalan di Kota Cilegon adalah 348,41 kilometer.

Nilai investasi baru dari penanaman modal asing (PMA) di Cilegon setiap tahun pun terus meningkat. Tahun 2012, nilai investasi itu hanya Rp 620 miliar dan tahun 2013 sebesar Rp 3,19 triliun. Nilai itu melonjak tahun 2014, menjadi Rp 45,12 triliun. Di Banten, pertumbuhan investasi Cilegon untuk realisasi PMA tahun 2014 sebesar 55,6 persen, menempati peringkat pertama dibandingkan kabupaten/kota lainnya.

Menurut Kepala Bidang Pelatihan dan Penempatan Tenaga Kerja Disnaker Cilegon Muhibin, banyaknya warga Korsel di Cilegon berkat keberadaan Krakatau Posco. Investasi perusahaan berskala besar itu mencapai sekitar 3 miliar dollar Amerika Serikat (AS) atau sekitar Rp 38 triliun.

Krakatau Posco yang menghasilkan baja dan memulai produksi awal tahun 2014 didirikan oleh PT Krakatau Steel dan Posco Korea. "Kami meminta tenaga kerja lokal perlu lebih banyak diserap. Namun, kemampuan mereka memang harus ditingkatkan," tutur Muhibin.

Sekretaris Perusahaan Krakatau Posco Christyawati Ferania menuturkan, pihaknya tertarik berinvestasi di Cilegon karena kelengkapan fasilitasnya. "Pabrik butuh penunjang, seperti air, listrik, dan pelabuhan. Semua ada. Cilegon juga menarik secara geografi. Ada laut dalam dan ombaknya tenang," katanya.

Kapal besar bisa bersandar di Cilegon. Selain itu, masyarakatnya memiliki semangat tinggi untuk belajar. Jumlah karyawan Krakatau Posco sekitar 2.000 orang. Banyak karyawan yang dikirim ke Korsel lalu kembali untuk berbagi ilmu dengan karyawan yang lain.

Pengangguran

Meski berkembang pesat, Cilegon tetap masih perlu berbenah. Di Cilegon, persoalan yang penting dan perlu menjadi perhatian adalah pengangguran. Tahun 2010-2013, tingkat pengangguran terbuka di Cilegon memang menurun, dari 19,84 persen menjadi 7,16 persen.

Namun, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Cilegon, tingkat pengangguran terbuka itu meningkat dengan angka sementara sebesar 11,83 persen tahun 2014. Peningkatan dipengaruhi beberapa faktor, antara lain berakhirnya proyek pembangunan industri yang menyerap tenaga kerja pada tahun sebelumnya dan perampingan pegawai.

Menurut Ketua DPRD Kota Cilegon Fakih Usman, Pemkot Cilegon harus merespons persoalan ketenagakerjaan itu. Penanaman modal asing perlu didorong untuk menyerap tenaga kerja lokal. Modernisasi pabrik membuat pekerjaan yang semula dilakukan oleh pekerja secara manual, menjadi mekanis sesuai perkembangan teknologi. Industri padat karya harus jadi solusi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com