Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal "Fund Fact Sheet" Reksa Dana

Kompas.com - 16/06/2015, 06:01 WIB

Oleh  Rudiyanto
@rudiyanto_zh

Bisnis reksa dana adalah bisnis kepercayaan. Dalam membangun kepercayaan selain layanan yang prima dan penjelasan yang komprehensif, laporan akan bagaimana dana nasabah dikelola juga berperan penting. Laporan yang memuat informasi pengelolaan dana disebut Fund Fact Sheet (FFS).

Sesuai dengan peraturan yang terdapat dalam prospektus, Manajer Investasi wajib menerbitkan FFS setiap bulan dan merupakan hak bagi investor reksa dana untuk memperolehnya. Meski demikian, FFS bukan hak bagi umum sehingga tidak ada kewajiban untuk mempublikasikan laporan tersebut.

Umumnya FFS bisa ditemukan di dalam situs yang dikelola oleh Manajer Investasi dan Agen Penjual. Ada juga Manajer Investasi yang melampirkan cetak FFS yang dikirimkan ke nasabah bersamaan dengan laporan perkembangan saldo setiap bulan.

Namun, seiring dengan jumlah investor yang semakin banyak, biaya cetak dan kirim yang semakin mahal serta perkembangan teknologi informasi, kini banyak yang beralih menggunakan situs dan applikasi pada smartphone.

Nah, apa saja informasi dalam FFS yang patut kita cermati?

Informasi Jumlah Dana Kelolaan dan Unit Penyertaan
Di dalam FFS, kita bisa mendapatkan perkembangan Nilai Aktiva Bersih atau Jumlah Dana Kelolaan dan Unit Penyertaan per akhir bulan.

Informasi jumlah dana kelolaan perlu kita cermati karena ada ketentuan minimum dana kelolaan untuk reksa dana adalah Rp 25 milliar. Apabila suatu reksa dana gagal mencapai minimum ketentuan dana kelolaan tersebut berturut-turut selama 90 hari kerja, maka reksa dana harus dibubarkan.

Selain itu, dana kelolaan bersama dengan Unit Penyertaan juga bisa menjadi salah satu indikator kepercayaan masyarakat terhadap Manajer Investasi. Semakin besar dana kelolaan, berarti semakin besar kepercayaan masyarakat terhadap reksa dana tersebut.

Informasi Harga dan Kinerja Reksa Dana
Harga reksa dana atau biasanya juga disebut NAB per Up beserta kinerjanya per akhir bulan juga bisa diperoleh dalam reksa dana. Informasi harga bisa menjadi patokan sederhana bagi kita untuk mengetahui apakah hasil investasi menguntungkan atau tidak dengan membandingkan dengan harga belinya.

Karena periode beli setiap investor berbeda-beda, maka Manajer Investasi juga menunjukkan hasil investasi secara historis yang diukur dengan beberapa periode ke belakang. Sebagai contoh 1 Bulan 1,5 persen, 3 Bulan -3 persen, Year To Date 7 persen, 1 Tahun 12 persen, 3 Tahun 32 persen, Since Inception 75 persen.

Cara membaca adalah sebagai berikut. Misalkan FFS yang dikirimkan adalah periode Mei 2015, maka dengan mengacu pada contoh di atas Manajer Investasi mau menginformasikan bahwa jika investor berinvestasi 1 bulan yang lalu yaitu pada 30 April 2015 dan menjualnya pada 31 Mei 2015 maka dia akan mendapatkan keuntungan 1,5 persen.

Jika investor sudah berinvestasi sejak 3 bulan lalu yaitu 28 Februari 2015 dan menjualnya di 31 Mei 2015 maka dia akan mengalami kerugian -3 persen dan seterusnya berlaku untuk 3 bulan, 1 tahun, 3 tahun dan pada beberapa produk yang telah berusia panjang ada informasi 5, 7, 10 dan bahkan 15 tahun.

Yang dimaksud dengan Year to Date atau sering disingkat YTD adalah periode investasi yang dilakukan sejak akhir tahun lalu hingga periode laporan. Dari contoh di atas, berarti investasi dilakukan pada 31 Desember 2014 dan dijual pada 31 Mei 2015. Jika laporannya Agustus 2015, berarti dari 31 Desember 2014 hingga 31 Agustus 2015.

Yang dimaksud dengan Since Inception atau Sejak Terbit adalah jika investor membeli reksa dana tersebut sejak reksa dana diterbitkan pertama kali. Untuk reksa dana yang mata uangnya Rupiah, harga pertama kali adalah selalu 1.000 dan untuk yang mata uangnya dollar AS atau euro, harga pertama kali adalah 1.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bank Mandiri Raup Laba Bersih Rp 12,7 Triliun pada Kuartal I-2024

Bank Mandiri Raup Laba Bersih Rp 12,7 Triliun pada Kuartal I-2024

Whats New
Gelar RUPST, Astra Tetapkan Direksi dan Komisaris Baru

Gelar RUPST, Astra Tetapkan Direksi dan Komisaris Baru

Whats New
Emiten Sawit BWPT Catat Pertumbuhan Laba Bersih 364 Persen pada Kuartal I-2024

Emiten Sawit BWPT Catat Pertumbuhan Laba Bersih 364 Persen pada Kuartal I-2024

Whats New
Ekonom: Investasi Apple dan Microsoft Bisa Jadi Peluang RI Tingkatkan Partisipasi di Rantai Pasok Global

Ekonom: Investasi Apple dan Microsoft Bisa Jadi Peluang RI Tingkatkan Partisipasi di Rantai Pasok Global

Whats New
Kemenko Perekonomian Buka Lowongan Kerja hingga 2 Mei 2024, Simak Kualifikasinya

Kemenko Perekonomian Buka Lowongan Kerja hingga 2 Mei 2024, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Gapki: Ekspor Minyak Sawit Turun 26,48 Persen Per Februari 2024

Gapki: Ekspor Minyak Sawit Turun 26,48 Persen Per Februari 2024

Whats New
MPMX Cetak Pendapatan Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024, Ini Penopangnya

MPMX Cetak Pendapatan Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024, Ini Penopangnya

Whats New
Allianz Syariah: Premi Mahal Bakal Buat Penetrasi Asuransi Stagnan

Allianz Syariah: Premi Mahal Bakal Buat Penetrasi Asuransi Stagnan

Whats New
Holding Ultra Mikro Pastikan Tak Menaikkan Bunga Kredit

Holding Ultra Mikro Pastikan Tak Menaikkan Bunga Kredit

Whats New
Menteri Teten: Warung Madura di Semua Daerah Boleh Buka 24 Jam

Menteri Teten: Warung Madura di Semua Daerah Boleh Buka 24 Jam

Whats New
Bangun Ekosistem Energi Baru di Indonesia, IBC Gandeng 7 BUMN

Bangun Ekosistem Energi Baru di Indonesia, IBC Gandeng 7 BUMN

Whats New
Apple hingga Microsoft Investasi di RI, Pengamat: Jangan Sampai Kita Hanya Dijadikan Pasar

Apple hingga Microsoft Investasi di RI, Pengamat: Jangan Sampai Kita Hanya Dijadikan Pasar

Whats New
Bank DKI Raup Laba Bersih Rp 187 Miliar pada Kuartal I 2024

Bank DKI Raup Laba Bersih Rp 187 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Mendag Zulhas Terbitkan Aturan Baru Soal Batasan Impor, Ini Rinciannya

Mendag Zulhas Terbitkan Aturan Baru Soal Batasan Impor, Ini Rinciannya

Whats New
Microsoft Komitmen Berinvestasi di RI Senilai Rp 27,54 Triliun, Buat Apa Saja?

Microsoft Komitmen Berinvestasi di RI Senilai Rp 27,54 Triliun, Buat Apa Saja?

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com