Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nilai Saham di Bursa Efek Indonesia Merosot Rp 776 Triliun

Kompas.com - 14/08/2015, 09:49 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Pekan ini adalah masa kelabu bagi pasar saham Indonesia. Pada Rabu (12/8/2015) lalu, Indeks Harga Saham Gabungan anjlok ke 4.479,49. Ini level terendah indeks saham selama 18 bulan terakhir. Tetapi, Kamis (13/8/2015) kemarin  IHSG kembali bangkit 2,34 persen pada 4.584,25.

Mayoritas harga saham di Bursa Efek Indonesia (BEI)  rontok. Hal itu tercermin dari nilai kapitalisasi pasar BEI kemarin senilai Rp 4.759,07 triliun. Angka itu sudah merosot Rp 776,41 triliun atau anjlok 14 persen dibandingkan posisi terbaiknya tahun ini senilai Rp 5.535,48 triliun. Angka tersebut tercatat pada pekan kedua April 2015.

Longsornya kapitalisasi pasar BEI juga mempengaruhi peta emiten penguasa di Bursa Efek Indonesia.

Kepala Riset Koneksi Capital Alfred Nainggolan melihat adanya perubahan komposisi emiten berkapitalisasi pasar besar. Saat ini, 10 emiten dengan kapitalisasi pasar tertinggi di BEI meliputi HMSP dengan porsi 7,4 persen total kapitasilasi, BBCA 6,8 persen, TLKM dan UNVR masing-masing 6 persen, ASII 5,5 persen. Kemudian BBRI, BMRI, GGRM, BBNI dan PGAS.

Pada Maret 2015, saat IHSG mulai menanjak, emiten yang berada di puncak kapitalisasi pasar BEI adalah BBCA dengan porsi 6,51 persen, ASII 6,25 persen, BBRI 5,84 persen. Selanjutnya HMSP, UNVR, TLKM, BMRI, BBNI, serta PGAS.

Alfred menyebutkan, risiko yang terjadi di pasar membuat semua sektor terimbas. Meski begitu, ada pengecualian pada HMSP karena jumlah saham beredarnya cuma 1,82 persen. Likuiditas HMSP yang mini tak merefleksikan kondisi saat ini. Sehingga anak usaha Philip Morris ini menduduki posisi teratas emiten berkapitalisasi pasar jumbo. “Jumlah saham beredarnya sedikit. Sehingga membentuk harga jauh lebih mudah,” ucap Alfred, kemarin.

Analis Investa Saran Mandiri Hans Kwee menilai, posisi BBCA sebagai penguasa kapitalisasi bergeser karena sahamnya terkoreksi cukup tajam. Dia mencermati, saham bank seperti BBCA, BBRI dan BMRI sudah anjlok dalam. Selain itu, saham ASII pun terjun karena lesunya penjualan otomotif.

Alfred melihat, saham BBNI dan BBRI terbilang murah. Menurut dia, price book value (PBV) BBNI bisa di posisi 1,8 kali. Tapi saat ini PBV BBNI hanya 1,5 kali.

Jika pasar modal kembali normal, saham berkapitalisasi besar akan kembali ke harga wajarnya. Hans memprediksi, IHSG masih berfluktuasi selama dua bulan ke depan. Sebab, nilai yuan Tiongkok masih berpeluang menyusut. Hans menyebut, China akan mendevaluasi yuan hingga target 7 persen-8 persen. “Selama yuan turun, pasar masih akan gonjang-ganjing,” ucap dia. (Annisa Aninditya Wibawa)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Whats New
Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Earn Smart
Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Earn Smart
Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Whats New
Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Whats New
1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

Spend Smart
Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Whats New
Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Whats New
Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com