Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wapres Akui Paket Kebijakan Ekonomi Tak Serta-merta Perkuat Rupiah

Kompas.com - 15/09/2015, 21:50 WIB
Icha Rastika

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Presiden Jusuf Kalla mengakui paket kebijakan ekonomi September 1 yang belum lama diluncurkan tidak serta-merta memperbaiki nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Diperlukan waktu agar paket kebijakan yang berupa deregulasi atau perombakan aturan tersebut berpengaruh terhadap nilai tukar rupiah.

"Ya memang itu tidak serta-merta. Oleh karena itu paket itu juga adalah upaya yang membutuhkan waktu. Nah kita lagi membahas apa yang bisa segera kita lakukan," kata Kalla di Kantor Wakil Presiden Jakarta, Selasa (15/9/2015).

Di samping memperbaiki regulasi, pemerintah terus menekankan penghematan anggaran. Pemerintah juga berupaya mendorong produktivitas dalam negeri sebagai langkah penunjang pelaksanaan deregulasi ekonomi. Salah satu contohnya adalah dengan mendorong kementerian/lembaga untuk menggunakan bahan baku lokal ketika membangun suatu proyek.

"Pokoknya menteri PU (Perumahan Rakyat dan Pekerjaan Umum) tidak boleh mengimpor baja. Harus menggunakan lokal dan harus bersifat cepat. Baja lokal harus dipakai, contohnya seperti itu. Itu berarti akan memicu produksi dalam negeri dan menghemat impor," ujar dia.

Contoh lainnya adalah imbauan pemerintah kepada PT Pertamina agar menghemat penggunaan dollar. Pertamina diminta membuka suplai dalam negeri. "Seperti pada keputusan kabinet bahwa Pertamina harus membuka kesempatan untuk suplai dalam negeri sehingga tidak perlu memakai dollar yang banyak. Langkah-langkah itu bisa mempercepat," tutur Kalla.

Pemerintah meluncurkan paket deregulasi ekonomi guna mendorong pertumbuhan ekonomi nasional, Rabu (9/9/2015). Presiden Joko Widodo mengatakan, beberapa langkah yang akan diambil pemerintah adalah mendorong daya saing industri melalui debirokratisasi dan kepastian usaha.

Untuk mencapai langkah ini, pemerintah akan merombak 89 peraturan untuk menghilangkan duplikasi perizinan. Sejak paket kebijakan diluncurkan, belum terlihat perbaikan nilai tukar rupiah secara signifikan.

Pada hari ini, mata uang garuda melemah sebesar 0,53 persen menjadi Rp 14.408 per dollar AS. Sementara itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada akhir perdagangan pada Selasa (15/9/2015) ini ditutup melemah seiring dengan memerahnya sebagian besar bursa-bursa di kawasan Asia Pasifik.

Pengumuman dari Badan Pusat Statistik mengenai surplus dagang Indonesia tak mampu menolong indeks yang terkoreksi sejak awal pasar dibuka untuk berbalik arah ke zona hijau. Aksi jual oleh investor asing cukup menekan laju pergerakan IHSG. Pukul 16.00, IHSG ditutup turun sebesar 42,62 poin atau 0,97 persen di posisi 4.347,75.

Sebanyak 77 saham diperdagangkan menguat, 179 saham melemah, dan 69 saham stagnan. Volume perdagangan mencapai 5,09 miliar lot saham dengan nilai Rp 3,05 triliun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

IHSG Lanjutkan Kenaikan Tembus Level 7300, Rupiah Tersendat

IHSG Lanjutkan Kenaikan Tembus Level 7300, Rupiah Tersendat

Whats New
Pengusaha Korea Jajaki Kerja Sama Kota Cerdas di Indonesia

Pengusaha Korea Jajaki Kerja Sama Kota Cerdas di Indonesia

Whats New
Menko Airlangga Siapkan Pengadaan Susu untuk Program Makan Siang Gratis Prabowo

Menko Airlangga Siapkan Pengadaan Susu untuk Program Makan Siang Gratis Prabowo

Whats New
Enzy Storia Keluhkan Bea Masuk Tas, Stafsus Sri Mulyani: Kami Mohon Maaf

Enzy Storia Keluhkan Bea Masuk Tas, Stafsus Sri Mulyani: Kami Mohon Maaf

Whats New
Waskita Karya Optimistis Tingkatkan Pertumbuhan Jangka Panjang

Waskita Karya Optimistis Tingkatkan Pertumbuhan Jangka Panjang

Whats New
Apresiasi Karyawan Tingkatkan Keamanan dan Kenyamanan di Lingkungan Kerja

Apresiasi Karyawan Tingkatkan Keamanan dan Kenyamanan di Lingkungan Kerja

Whats New
Potensi Devisa Haji dan Umrah Capai Rp 200 Triliun, Menag Konsultasi dengan Sri Mulyani

Potensi Devisa Haji dan Umrah Capai Rp 200 Triliun, Menag Konsultasi dengan Sri Mulyani

Whats New
Kartu Prakerja Gelombang 68 Sudah Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Kartu Prakerja Gelombang 68 Sudah Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Whats New
MARK Tambah Jajaran Direksi dan Umumkan Pembagian Dividen

MARK Tambah Jajaran Direksi dan Umumkan Pembagian Dividen

Whats New
Miliki Risiko Kecelakaan Tinggi, Bagaimana Penerapan K3 di Lingkungan Smelter Nikel?

Miliki Risiko Kecelakaan Tinggi, Bagaimana Penerapan K3 di Lingkungan Smelter Nikel?

Whats New
Pemerintah Akan Revisi Aturan Penyaluran Bantuan Pangan

Pemerintah Akan Revisi Aturan Penyaluran Bantuan Pangan

Whats New
Kolaborasi Pentahelix Penting dalam Upaya Pengelolaan Sampah di Indonesia

Kolaborasi Pentahelix Penting dalam Upaya Pengelolaan Sampah di Indonesia

Whats New
Menteri Teten Ungkap Alasan Kewajiban Sertifikat Halal UMKM Ditunda

Menteri Teten Ungkap Alasan Kewajiban Sertifikat Halal UMKM Ditunda

Whats New
Viral Video Petani Menangis, Bulog Bantah Harga Jagung Anjlok

Viral Video Petani Menangis, Bulog Bantah Harga Jagung Anjlok

Whats New
9,9 Juta Gen Z Indonesia Tidak Bekerja dan Tidak Sekolah

9,9 Juta Gen Z Indonesia Tidak Bekerja dan Tidak Sekolah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com