Djarot mengatakan, stok beras rastra yang sebanyak 1,1 juta ton tersebut mampu mencukupi kebutuhan rastra 12 bulan plus 2 bulan tambahan, yakni rastra ke-13 dan ke-14. "Tapi setelah itu, apa tersisa stok? Masih, tapi kecil sekali, antara 50.000 hingga 60.000 ton," kata Djarot di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Jumat (25/9/2015).
Beras komersial yang sebanyak 600.000 ton bisa juga dihitung sebagai stok, dengan asumsi tidak ada penjualan. Dengan demikian, pada akhir tahun akan ada stok antara 650.000-660.000 ton.
Menurut Djarot, stok beras akhir tahun 2015 yang menjadi stok awal 2016 tersebut perlu ditambah. Sebabnya, masa panen 2016 diperkirakan molor akibat El Nino. Biasanya, panen raya berlangsung sekitar bulan Maret-April. Namun, lantaran El Nino, Djarot memastikan masa panen mundur.
Impor beras, diakui Djarot menjadi salah satu solusi untuk mengantisipasi kebutuhan awal tahun 2016. Akan tetapi, Djarot menolak jika disebut Bulog yang memberikan rekomendasi. Dalam rapat tersebut Bulog hanya menyampaikan data stok dan kebutuhannya.
"Tapi kalau hitung-hitungan impor sebanyak itu (1,5 juta ton), kan harus negosiasi, persiapan, docking-loading pergerakan beras. Ini kan tidak gampang," jelas Djarot.
Djarot menambahkan, umumnya kapal besar hanya mampu maksimal mengangkut beras sebanyak 50.000 ton, dengan perkiraan perjalanan plus bongkar-muat selama sebulan. "Ini sesuatu yang beliau (Jusuf Kalla) hitung mundur. Kalau akhir tahun diperlukan sekian, berarti kapan harus dimulai (impor)," tukas Djarot.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.