Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Merana di Dalam Tol...

Kompas.com - 26/12/2015, 15:05 WIB

(baca juga: Kemacetan di Jalan Tol, Konsumen Bisa Tuntut Ganti Rugi)

Distribusi terhambat

Kemacetan sepanjang Rabu hingga Jumat kemarin itu juga menghambat distribusi logistik. Sopir truk Mutrofin (28), misalnya, harus menempuh waktu 22 jam untuk jarak 100 kilometer dari Serang, Banten, hingga Kilometer 21 Tol Cikampek, pada Kamis malam.

Mutrofin sudah dua kali menepikan truk bermuatan kertas itu di bahu jalan selama perjalanan ke Cikarang akibat macet parah. Padahal, truk harus sampai di Surabaya dalam waktu tiga hari sejak dia berangkat dari Serang pada Rabu malam. "Macetnya seperti ini, sampai di Surabaya bisa memakan waktu lima hari ini," ujarnya.

Ketua Dewan Pimpinan Daerah Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia DKI Jakarta Mustajib Susilo Basuki pun memperkirakan kerugian keterlambatan distribusi akibat kemacetan mencapai Rp 22 miliar.

Taksiran itu dihitung dari biaya operasional truk peti kemas sebesar Rp 1 juta per hari.

Sementara di Jakarta ada 22.000 truk yang beroperasi setiap hari. Bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok juga terhambat. Berdasarkan pantauan Jakarta International Container Terminal (JICT) selaku pengelola terminal peti kemas Tanjung Priok, bongkar muat barang berjalan lambat.

Suryansyah dari Humas JICT mengatakan, selama 23-25 Desember ini, keterlambatan bongkar muat untuk setiap peti kemas mencapai 2 jam. Seperti kemarin, ada 89 peti kemas dan semuanya terlambat tiba di pelabuhan hingga 2 jam.

Untuk mengatasi keterlambatan itu, JICT berkomunikasi dengan pemilik barang agar barang tetap dapat diangkut kapal. Hal ini untuk mengurangi dampak kerugian bagi pemilik barang, sebab barang rawan tak terangkut ke kapal.

"JICT tidak rugi, tetapi pemilik barang yang rugi," katanya.

Kemacetan tiga hari terakhir ini juga menghambat keberangkatan hampir semua pesawat di Bandar Udara Soekarno-Hatta dan Halim Perdanakusuma.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Perusahaan Penerbangan Nasional Indonesia (Indonesia National Air Carrier) Tengku Burhanuddin mengatakan, hampir semua penerbangan harus menunda penerbangan karena menunggu penumpang yang terlambat.

"Mereka tidak bisa meninggalkan penumpang begitu saja karena akan menjadi citra buruk bagi pelayanan mereka. Penumpang pasti akan komplain jika ditinggal begitu saja," ujarnya.

Saat dikonfirmasi, Kepala Pusat Penerangan dan Komunikasi Kementerian Perhubungan JA Barata mengatakan, segala upaya antisipasi kemacetan sudah dilakukan. Kendati Kementerian Perhubungan juga tak mengeluarkan kebijakan pembatasan truk sejak sebelum Natal.

Barata hanya mengatakan bahwa pihaknya tidak bisa mengendalikan warga untuk tidak keluar kota pada hari yang sama. "Pasti macet," ujarnya. (REK/IRE/DRI/VDL/C04/C05/C12)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 26 Desember 2015, di halaman 1 dengan judul "Merana di Dalam Tol...".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com