Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

“Tidak Masalah Pemerintah Pungut Dana Ketahanan Energi dari Konsumen BBM”

Kompas.com - 27/12/2015, 15:49 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Direktur Eksekutif INDEF Enny Sri Hartati mengatakan, tidak ada salahnya pemerintah memungut Dana Ketahanan Energi langsung dari masyarkat, konsumen pengguna bahan bakar minyak (BBM), meski salah satu tujuan pemungutan tersebut adalah untuk menekan pengurasan energi fosil.

Menurut Enny, mau dibebankan langsung kepada konsumen BBM ataupun dibebankan kepada perusahaan minyak dan gas bumi (migas), pada akhirnya harga yang dibayar masyarakat akan sama.

“Mau dibebankan ke konsumen ataupun pengusahanya kan sama saja secara pricing. Katakanlah dibebankan ke Pertamina, Pertamina pasti juga menaikkan harga jualnya,” ucap Enny kepada Kompas.com, Jakarta, Minggu (27/12/2015).

Enny mengatakan, yang lebih krusial adalah soal transparansi pengelolaan Dana Ketahanan Energi.

Menurut dia, masyarakat tidak akan mempermasalahkan apabila harga BBM turun tidak signifikan sebesar penurunan harga minyak mentah dunia, asal ada kejelasan dari kebijakan pemerintah.

“Jika pemerintah tidak menurunkan signifikan harga BBM karena alasan ditambah Dana Ketahanan Energi, oke, masyarakat akan menerima, dengan catatan nanti ketika harga minyak dunia naik, pemerintah tidak bisa semena-mena menaikkan harga BBM,” jelas Enny.

Selain itu, lanjut Enny, Dana Ketahanan Energi ini juga harus dikaitkan dengan target pemerintah dalam mewujudkan kedaulatan energi.

Artinya, dana yang dikumpulkan dari ‘sumbangan’ masyarakat ini harus digunakan kembali untuk kepentingan energi.

“Misalnya, dana ini digunakan untuk insentif berbagai energi non-fosil, ini harus transparan dan jelas,” ucap Enny.

Seusai menghadiri sidang kabinet paripurna di Kantor Presiden, Rabu (23/12/2015), Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said memperkirakan, pungutan Dana Ketahanan Energi yang bisa dikumpulkan selama satu tahun mencapai Rp 15 triliun hingga Rp 16 triliun.

“Dana itu yang mengelola Kementerian ESDM dan akan diaudit BPKP (Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan), BPK (Badan Pemeriksa Keuangan), kemudian dari waktu ke waktu kami konsultasi dengan Komisi VII DPR,” kata Sudirman, seperti dikutip dari Harian Kompas, edisi Sabtu (26/12/2015).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tak Lagi Khawatir Lupa Bawa Uang Tunai Berbelanja di Kawasan Wisata Samosir

Tak Lagi Khawatir Lupa Bawa Uang Tunai Berbelanja di Kawasan Wisata Samosir

Whats New
Info Limit Tarik Tunai BCA Sesuai Jenis Kartu ATM Lengkap

Info Limit Tarik Tunai BCA Sesuai Jenis Kartu ATM Lengkap

Spend Smart
3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu BCA, Penting saat Lupa Bawa di ATM

3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu BCA, Penting saat Lupa Bawa di ATM

Earn Smart
[POPULER MONEY] Serikat Pekerja Tuntut Naik Upah, Menaker Balik Tuntut Kenaikan Kompetensi | Luhut Janji Microsoft Tak Akan Menyesal Investasi Rp 27,6 Triliun di Indonesia

[POPULER MONEY] Serikat Pekerja Tuntut Naik Upah, Menaker Balik Tuntut Kenaikan Kompetensi | Luhut Janji Microsoft Tak Akan Menyesal Investasi Rp 27,6 Triliun di Indonesia

Whats New
Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Spend Smart
Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Whats New
Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Whats New
Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Whats New
Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi 'Feeder' bagi Malaysia dan Singapura

Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi "Feeder" bagi Malaysia dan Singapura

Whats New
Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Whats New
Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Whats New
Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Whats New
Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Whats New
Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada  Kuartal I 2024

Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada Kuartal I 2024

Whats New
Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Work Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com