Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tahun 2016, Mata Uang Asia Masih Dibayangi Suku Bunga The Fed

Kompas.com - 05/01/2016, 09:10 WIB

Kisaran pertumbuhan ekonomi Singapura 2015 hanya sekitar 2 persen-2,5 persen. “Karena berkaca pada PDB Singapura di kuartal II-2015 memang merosot,” kata Suluh.

Pada kuartal III, spekulasi kenaikan suku bunga The Fed juga memukul performa SGD. Lihat saja, USD/SGD pada 2 Oktober 2015 melesat ke level 1,4328 atau tertinggi sejak September 2009.

Tahun ini menurut Suluh, penguatan SGD, IDR dan MYR tak signifikan, sebab masih terpengaruh perlambatan ekonomi. Tapi paling tidak, jikapun turun tak sedalam tahun 2015. Harapan ini datang jika yuan resmi masuk ke keranjang special drawing rights (SDR).

Dengan demikian, USD tidak lagi menjadi satu-satunya acuan yang digunakan dalam perdagangan. Suluh menduga, pergerakan USD/SGD di tahun 2016 antara 1,3500–1,4450.

- Yen Jepang
Wahyu Tri Wibowo, analis Central Capital Futures, mengatakan, yen melemah tipis di tengah perbedaan kebijakan ekonomi. Saat The Fed mulai mengetatkan kebijakan, Bank Sentral Jepang (BoJ) justru membuka sinyal untuk menambah stimulus.

“Jika dilihat tiga tahun ke belakang, yen lebih buruk dibanding yuan dan won,” ujarnya.

Sementara tahun ini, JPY paling stabil karena diuntungkan oleh perannya sebagai mata uang carry trade serta safe haven. Mata uang carry trande akan menguat ketika harga saham berjatuhan.

Sebagai safe haven, yen juga dicari saat saham jatuh atau terjadi konflik. Yen masih bisa melemah. Tapi jika terjadi krisis ekonomi global, yen memiliki peluang menguat. Tahun ini, prediksi Wahyu, USD/JPY bergerak di kisaran 112–128.

- Yuan China
Hal serupa terjadi pada mata uang yuan. Stimulus ekonomi Bank Sentral China (PBoC) membuat yuan tergerus di depan USD. Namun penurunan tidak cukup dalam mengingat AS sendiri turut menjaga penguatan mata uang Negeri Panda.

Maklum, China menguasai sebagian besar obligasi AS sehingga turunnya mata uang yuan akan turut memberi sentimen negatif pada USD. Sementara dari China sendiri justru menginginkan mata uangnya melemah agar ekspor negara tersebut lebih kompetitif.

“Tahun ini mata uang yuan termasuk stabil,” imbuh Wahyu. Prediksinya, USD/CNY di 6,1000–6,800.

- Won Korea Selatan
Pelemahan mata uang won di antaranya terjadi karena Bank of Korea (BoK) menahan suku bunga acuan selama enam bulan berturut-turut di level 1,5 persen, meski ekonomi mulai membaik.

Rata–rata suku bunga Korea Selatan tahun 1999 hingga 2015 adalah 3,52 persen.

“Kenaikan suku bunga The Fed juga menyeret won,” kata Wahyu. Wahyu juga memperkirakan, won kembali tertekan. The Fed bakal kembali menaikkan suku bunga.

Di sisi lain, belum ada sinyal pelonggaran ekonomi Korea Selatan. Prediksinya, USD/KRW bergerak di 1.000–1.400. (Namira Daufina, Wuwun Nafsiah)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prospek Reksadana Campuran Dinilai Masih Menarik, Ini Alasannya

Prospek Reksadana Campuran Dinilai Masih Menarik, Ini Alasannya

Whats New
Pemerintah Kantongi Rp 21,36 Triliun dari Lelang 7 Seri Surat Utang Negara

Pemerintah Kantongi Rp 21,36 Triliun dari Lelang 7 Seri Surat Utang Negara

Whats New
OJK Tindak 45 Iklan Keuangan yang Langgar Aturan pada Kuartal I-2024

OJK Tindak 45 Iklan Keuangan yang Langgar Aturan pada Kuartal I-2024

Whats New
Asosiasi Vape Gencarkan Edukasi untuk Kurangi Kebiasaan Merokok

Asosiasi Vape Gencarkan Edukasi untuk Kurangi Kebiasaan Merokok

Whats New
Cara Resign dari Pekerjaan dengan Sopan dan Tanpa Drama

Cara Resign dari Pekerjaan dengan Sopan dan Tanpa Drama

Work Smart
PGN Saka Resmi Perpanjang Kontrak WK Ketapang Bersama Petronas di IPA Convex 2024

PGN Saka Resmi Perpanjang Kontrak WK Ketapang Bersama Petronas di IPA Convex 2024

Whats New
MSIG Life Bayar Klaim Meninggal Dunia dan Kesehatan Rp 164 Miliar per Kuartal I 2024

MSIG Life Bayar Klaim Meninggal Dunia dan Kesehatan Rp 164 Miliar per Kuartal I 2024

Whats New
Cara Bayar Iuran BPJS Kesehatan lewat BRImo dengan Mudah

Cara Bayar Iuran BPJS Kesehatan lewat BRImo dengan Mudah

Spend Smart
Di IPA Convex 2024, Pertamina, Petronas, dan MedcoEnergi Sepakat Prioritaskan Kolaborasi

Di IPA Convex 2024, Pertamina, Petronas, dan MedcoEnergi Sepakat Prioritaskan Kolaborasi

Whats New
Bank Mandiri: Suku Bunga Acuan Belum Akan Turun dalam Waktu Dekat

Bank Mandiri: Suku Bunga Acuan Belum Akan Turun dalam Waktu Dekat

Whats New
Freeport Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3-S2, Simak Persyaratannya

Freeport Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3-S2, Simak Persyaratannya

Work Smart
Pemerintah Tetapkan 16 PSN Baru, Pelaksanaannya Disebut Tak Butuh APBN

Pemerintah Tetapkan 16 PSN Baru, Pelaksanaannya Disebut Tak Butuh APBN

Whats New
Kominfo Kembali Buka Pendaftaran Startup Studio Indonesia, Ini Syaratnya

Kominfo Kembali Buka Pendaftaran Startup Studio Indonesia, Ini Syaratnya

Whats New
41 PSN Senilai Rp 544 Triliun Dikebut Rampung 2024, Ini Kendala Pembangunannya

41 PSN Senilai Rp 544 Triliun Dikebut Rampung 2024, Ini Kendala Pembangunannya

Whats New
Bangun Smelter, Tahun Ini ADMR Alokasikan Capex hingga 250 Juta Dollar AS

Bangun Smelter, Tahun Ini ADMR Alokasikan Capex hingga 250 Juta Dollar AS

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com