Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Giliran TNI AU dan BMKG Menyoal Kereta Cepat

Kompas.com - 04/02/2016, 15:50 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Mega proyek andalan prioritas Pemerintahan Presiden Joko Widodo, yakni kereta cepat Jakarta  Bandung terus menuai polemik.

Setelah pro dan kontra atas analisis dampak lingkungan (Amdal) selesai, protes kini datang dari Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU) dan Geofisika (BMKG).  

Lewat surat bernomor B/65-09/21/16/Disfaskonau, Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Agus Supriatna menyampaikan keberatan ke Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmayanto atas pemanfaatan Lapangan Udara Halim Perdanakusuma sebagai salah satu lokasi stasiun proyek kereta cepat.

Lokasi tersebut bisa berdampak negatif bagi pelaksanaan tugas bandara sebagai pangkalan militer.

Agus menyarankan lokasi  stasiun dipindah di tanah TNI AU yang ada di Cipinang Melayu yang punya luas 20 hektare (ha), ketimbang lokasi awal di Halim yang cuma delapan hektare. Namun, untuk bisa memanfaatkan lahan tersebut, Agus minta  kajian lebih lanjut.

Sayangnya, Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Udara Marsekal Madya Dwi Badrmanto tidak bersedia merespon pesan singkat dan panggilan yang dilayangkan Kontan untuk mengonfirmasi isi surat tersebut.

Adapun dari BMKG sejatinya hanya mengingatkan ke pemerintah bahwa lokasi kereta cepat Jakarta-Bandung berdekatan dengan sumber gempa bumi yaitu sesar aktif dan zona subduksi lempeng Samudera Hindia. Alhasil, risiko gempa bisa mengadang proyek  senilai 5,5 miliar dollar AS.

Hermanto Dwiatmoko, Dirjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan bilang dalam rekomendasi tersebut, tingkat guncangan gempa bumi yang terjadi di area tersebut, terutama di kilometer 80 sampai 100, bisa menimbulkan dampak signifikan sehingga perlu kajian sesmologi dan ada sistem peringatan dini.

"Ini sudah kami sampaikan kepada mereka (investor kereta cepat)," katanya, rabu (3/2/2016).

Yang lain bisa masuk

Meskipun terpampang dua kendala serius yang bisa mengganggu proyek, investor proyek kereta cepat tak patah arang.

Hanggoro Budi Wiryawan, Direktur Utama PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) bilang, bahwa setiap kendala di proyek transportasi tersebut masih bisa diperbaiki. Peluang untuk merevisi Peraturan Menteri terkait proyek ini juga masih terbuka.

Hanggoro bilang, butuh penelitian lebih lanjut rekomendasi BMKG dan dari TNI AU tersebut Jika memang hasil penelitian itu berdampak negatif, KCIC siap merubah trase kereta cepat Jakarta Bandung tersebut.

"Sampaikan ke kami nanti kami direvisi. Tapi ini juga akan merubah yang lain karena perubahan titik akan merubah desain dan pembiayaan," ujarnya.

Sebaliknya Hermanto menyebut, jika ada perubahan maka KCIC harus menyampaikan ke pemerintah. Namun,  hingga saat ini,  Kemhub belum menerima permintaan KCIC atas perubahan trase kereta api cepat itu.

Sepengetahuan dia, saat ini perusahaan penggagas kereta api cepat Jakarta-Bandung masih menyelesaikan revisi dokumen perencanaan dalam  yang diserahkan  ke pemerintah dalam bahasa Mandarin.

Kalaupun ada perubahan trase, Hermanto memastikan tidak akan ada perubahan waktu konsesi yang diputuskan pemerintah yakni 50 tahun. Pemerintah ingin investor berupaya mengembalikan imbal hasil selama jangka waktu konsesi tersebut.

Kementerian Perhubungan juga berjanji tidak akan membatasi investor kereta cepat lain masuk dalam bisnis ini. Asalkan dengan satu syarat, stasiun pemberhentian si investor harus berjarak di atas 10 kilometer (km) dari stasiun kereta cepat milik KCIC. (RR Putri Werdiningsih)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Era Suku Bunga Tinggi, Jago Syariah Buka Kemungkinan Penyesuaian Bagi Hasil Deposito

Era Suku Bunga Tinggi, Jago Syariah Buka Kemungkinan Penyesuaian Bagi Hasil Deposito

Whats New
Bank Neo Commerce Tunjuk Eri Budiono Jadi Dirut Baru

Bank Neo Commerce Tunjuk Eri Budiono Jadi Dirut Baru

Whats New
Soal Laba Bank, Ekonom: Masih Tumbuh di Bawah 5 Persen Sudah Sangat Baik

Soal Laba Bank, Ekonom: Masih Tumbuh di Bawah 5 Persen Sudah Sangat Baik

Whats New
Menperin Bantah Investasi Apple di Indonesia Batal

Menperin Bantah Investasi Apple di Indonesia Batal

Whats New
Jago Syariah Jajaki Kerja Sama dengan Fintech Lending

Jago Syariah Jajaki Kerja Sama dengan Fintech Lending

Whats New
Kolaborasi Es Krim Aice dan Teguk, Total Investasi Rp 700 Miliar

Kolaborasi Es Krim Aice dan Teguk, Total Investasi Rp 700 Miliar

Whats New
OJK: Pendapatan Premi di Sektor Asuransi Capai Rp 87,53 Triliun Per Maret 2024

OJK: Pendapatan Premi di Sektor Asuransi Capai Rp 87,53 Triliun Per Maret 2024

Whats New
Sudah Dibuka, Ini Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 67

Sudah Dibuka, Ini Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 67

Whats New
Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi, Mendag Minta Jastiper Patuhi Aturan

Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi, Mendag Minta Jastiper Patuhi Aturan

Whats New
Pasca-Lebaran, Kereta Cepat Whoosh Jadi 48 Perjalanan dengan Tarif mulai Rp 150.000

Pasca-Lebaran, Kereta Cepat Whoosh Jadi 48 Perjalanan dengan Tarif mulai Rp 150.000

Whats New
Bagaimana Aturan Perlintasan Kereta Api di Indonesia? Ini Penjelasan KAI

Bagaimana Aturan Perlintasan Kereta Api di Indonesia? Ini Penjelasan KAI

Whats New
Penempatan di IKN, Pemerintah Buka Formasi 14.114 CPNS dan 57.529 PPPK

Penempatan di IKN, Pemerintah Buka Formasi 14.114 CPNS dan 57.529 PPPK

Whats New
Daftar 8 Instansi yang Buka Lowongan CPNS 2024 Lewat Sekolah Kedinasan

Daftar 8 Instansi yang Buka Lowongan CPNS 2024 Lewat Sekolah Kedinasan

Whats New
Harga Emas Terbaru 4 Mei 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 4 Mei 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Mendag Sebut Rumah Potong Hewan Wajib Punya Sertifikat Halal Oktober 2024

Mendag Sebut Rumah Potong Hewan Wajib Punya Sertifikat Halal Oktober 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com